Senin, 06/05/2024
Senin, 06/05/2024
Proyek pembangunan terowongan yang sedang berlangsung dari sisi Jalan Kakap. (Foto: Ainur/Korankaltim.com)
Senin, 06/05/2024
Proyek pembangunan terowongan yang sedang berlangsung dari sisi Jalan Kakap. (Foto: Ainur/Korankaltim.com)
Penulis: */Ainur Rofiah
KORANKALTIM.COM, SAMARINDA – Proyek pembangunan terowongan Selili kembali dikritisi kalangan DPRD. Kali ini kritik datang dari Wakil Ketua Komisi III DPRD Samarinda Samri Shaputra yang menilai proyek terowongan tersebut tak miliki feedback atau dampak timbal balik.
Apalagi target rencana awal proyek pembangunan terowongan dinilai meleset, lantaran pada akhir 2024 ini hanya progres penembusan jalur terowongan, sementara target awal terowongan itu sudah betul-betul rampung dan bisa digunakan pada awal 2025.
“Saya sejak awal-awal jujur, dengan pembangunan itu saya tidak begitu setuju. Karena sebenarnya permasalahan yang dikeluhkan masyarakat di Gunung Manggah itu adalah tingkat kecelakaan,” ungkap Samri, Senin (6/5/2024).
Diungkapkannya, bahwa masyarakat di sana memberikan solusi, diantaranya pemotongan gunung atau dibuatkan fly over. Bahkan jelasnya, saat rencana pembangunan terowongan itu diserahkan, Wali Kota Samarinda meyakinkan anggota dewan bahwa rencana ini adalah langkah strategis untuk mengurangi permasalahan kemacetan yang kerap terjadi di Gunung Manggah di kawasan tersebut.
“Nah, ya sudah, kita ikuti dengan jaminan bahwa itu akan selesai dan sudah bisa dimanfaatkan seiring dengan berakhirnya masa jabatan wali kota. Karena itu sistemnya multiyears,” imbuhnya.
Namun, jika pembangunan terowongan tersebut justru meleset dan belum rampung pada akhir masa jabatan, dia mempertanyakan fungsi utama terowongan dengan anggaran yang sangat besar.
“Sementara kalau menggunakan proses pemotongan gunung, saya kira sebelum 2024 itu sudah selesai. Motong gunungnya kan tidak mesti harus rata, mungkin hanya perlu dikurangi 5 meter, agar tidak terlalu tinggi,” jelasnya.
“Kemarin opsi pembuatan fly over, katanya terowongan ini biayanya lebih murah. Betul lebih murah mungkin, tapi terowongan ini ada dampak biaya yang ditimbulkan dan itu tidak ada ujungnya,” lanjutnya.
Dia menjelaskan biaya yang muncul seperti lampu dalam terowongan yang harus menyala 24 jam, termasuk pendingin bagian dalam juga menyala 24 jam. Sementara untuk pemotongan gunung dan pembuawan fly over dia menilai, hanya memakan banyak biaya diawal pembangunan saja.
Politisi Fraksi PKS itu juga menyebut, proyek pembangunan terowongan hanya nafsu dalam membangun tanpa mengintung manfaat, dan efisiensi manfaat anggaran yang dikeluarkan oleh pemerintah.
“Seharusnya itu karena mengeluarkan belanja modal, bahasanya kalau modal ada sesuatu yang diharapkan. Jadi ketika kita memodali sesuatu harusnya ada feedback (timbal balik) yang harus kita peroleh dari belanja modal itu,” tegasnya.
Editor: Maruly Z
Tunggu sebentar ya. Kami sedang menyiapkannya untukmu.