Rabu, 02/08/2017
Rabu, 02/08/2017
TAK BERPENGARUH: Meski konsumsi selama bulan puasa dan lebaran mengalami peningkatan yang signifikan, namun hal itu tidak terlalu berpengaruh pada angka inflasi
Rabu, 02/08/2017
TAK BERPENGARUH: Meski konsumsi selama bulan puasa dan lebaran mengalami peningkatan yang signifikan, namun hal itu tidak terlalu berpengaruh pada angka inflasi
SAMARINDA - Kantor Perwakilan Bank Indonesia (Kpw BI) Kaltim mencatat, inflasi Kaltim pada Juli 2017 (pasca lebaran dan Idul Fitri), tercatat sebesar 0,12 persen (mtm atau inflasi bulanan). Angka tersebut, jika dibandingkan inflasi Juni mengalami penurunan. Karena pada Juni tercatat Inflasi sebesar 0,98 persen (mtm).
“Berbeda dengan bulan sebelumnya, angka inflasi Kaltim masih lebih rendah dibanding inflasi nasional yang mencapai 0,22 persen (mtm,” ujar Kepala Kpw BI Kaltim Muhamad Nur melalui siaran persnya.
Ia membeber, komoditas utama penyumbang inflasi bulan Juli adalah kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau. Selain itu lanjut dia, terdapat beberapa komoditas pangan yang memberikan tekanan inflasi pada Juli 2017 yaitu bawang merah, tomat sayur dan daging ayam ras. Sementara itu, komoditas pangan seperti bawang putih, kacang panjang dan bayam mengalami deflasi.
Ia menambahkan, jika dihitung secara tahunan, inflasi Kaltim mengalami penurunan dari 4,54 persen (yoy) pada Juni 2017 menjadi 4,09 persen (yoy) pada Juli 2017. Angka inflasi tahunan ini juga masih sama dengan data catatan sebelumnya yakni lebih tinggi dibandingkan inflasi tahunan nasional yang mencapai 3,88 persen(yoy).
“Dengan demikian, inflasi Kaltim secara perhitungan tahun kalender (Januari-Juli 2017) tercatat sebesar 2.76 persen (ytd). Berdasarkan kota pembentuknya, inflasi yang terjadi di Kaltim dipengaruhi oleh kota Samarinda sebesar 0,60 persen (mtm) atau 4,72 persen (yoy) dimana kota Balikpapan mengalami deflasi sebesar -0,52 persen (mtm) atau 3,26 persen (yoy),” paparnya.
Dilihat dari komponen pembentuknya, urai Muhamad Nur inflasi di Kaltim yang terjadi pada Juli sangat dipengaruhi oleh inflasi yang terjadi dari kelompok inti terutama dari nasi dan lauk sementara pada kelompok volatile foods (bahan pokok (makanan) penting) oleh serta tomat sayur. Sedangkan kelompok administered prices mengalami deflasi yang disebabkan turunnya tarif angkutan udara.
Secara umum, inflasi pada bulan Juli cukup terkendali dan pencapaian inflasi tersebut lebih disebabkan oleh faktor kenaikan komponen inti dan volatile foods. “Selanjutnya, Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Timur bersama TPID (TIm Pengendali Inflasi Daerah)senantiasa memantau perkembangan pergerakan inflasi secara khusus dan perekonomian secara umum baik domestik maupun eksternal.
Beberapa fokus utama masih sama dengan periode sebelumnya yaitu memastikan ketersediaan pasokan dan kelancaran distribusi pangan pokok dan distribusi energi (BBM dan LPG), peningkatan kualitas infrastruktur dan sarana logistik serta menjaga efektivitas komunikasi kepada masyarakat mengenai informasi harga pangan. Bank Indonesia secara konsisten melakukan asesmen terkait perkembangan perekonomian dan inflasi Kaltim terkini guna menuju sasaran inflasi akhir tahun sebesar 4+1 persen (yoy),” pungkasnya. (*/rs)
Tunggu sebentar ya. Kami sedang menyiapkannya untukmu.