Selasa, 21/11/2017
Selasa, 21/11/2017
ILUSTRASI
Selasa, 21/11/2017
ILUSTRASI
TENGGARONG – Alih fungsi lahan pertanian menyebabkan area perkebunan lada menyusut. Sebagian petani disebut-sebut lebih memilih menjual lahan mereka ke perusahaan pertambangan batu bara.
“Tiap tahun areal perkebunan lada di Kukar semakin berkurang sehingga berimbas pula terhadap produksi lada Kukar,” kata Kepala Dinas perkebunan Kukar, Akhmad Taufik Hidayat kepada Koran Kaltim, kemarin.
Taufik menjelaskan, pada 2015 lalu, luas perkebunan lada di Kukar mencapi 5.429 hektare dengan jumlah produksi 4.763 ton. Sementara pada 2016 turun menjadi 5.145 hektare dengan produksi hanya 2.541 ton.
“Kebun lada milik petani dijual ke perusahaan tambang batu bara dengan kisaran Rp 200-500 juta per hectare. Nilai jual yang tinggi menyebabkan banyak petani yang tergiur menjual lahannya,” ungkap Taufik.
Selain itu, penyebab menyusutnya perkebunan lada karena sebagian petani tak menanam lada karena rentan waktu panen yang cukup lama. “Ini mempengaruhi sehingga petani lebih memilih menjual lahan mereka,” ujar Taufik.
Kondisi perkebunan lada di Kukar semakin menurun membuat keprihatinan Plt Bupati Kukar Edi Damansyah yang meminta kepada Disbun Kukar untuk memberikan motivasi kepada para pemuda Kukar agar mau menjadi petani lada. Lada bagian dari ciri khas Kukar di mancanegara. “Tugas Disbun memberikan semangat kepada petani muda untuk memilih menjadi petani lada,” ujarnya.
Sebelumnya, Ketua Lemlit Unikarta, Ince Raden menyinggung kerjasama Lada antara Pemkab Kukar dengan Belanda nyaris tidak ada progress. Padahal jika program ini berjalan dengan baik, kesejahteraan petani lada akan meningkat. (ran)
ILUSTRASI
TENGGARONG – Alih fungsi lahan pertanian menyebabkan area perkebunan lada menyusut. Sebagian petani disebut-sebut lebih memilih menjual lahan mereka ke perusahaan pertambangan batu bara.
“Tiap tahun areal perkebunan lada di Kukar semakin berkurang sehingga berimbas pula terhadap produksi lada Kukar,” kata Kepala Dinas perkebunan Kukar, Akhmad Taufik Hidayat kepada Koran Kaltim, kemarin.
Taufik menjelaskan, pada 2015 lalu, luas perkebunan lada di Kukar mencapi 5.429 hektare dengan jumlah produksi 4.763 ton. Sementara pada 2016 turun menjadi 5.145 hektare dengan produksi hanya 2.541 ton.
“Kebun lada milik petani dijual ke perusahaan tambang batu bara dengan kisaran Rp 200-500 juta per hectare. Nilai jual yang tinggi menyebabkan banyak petani yang tergiur menjual lahannya,” ungkap Taufik.
Selain itu, penyebab menyusutnya perkebunan lada karena sebagian petani tak menanam lada karena rentan waktu panen yang cukup lama. “Ini mempengaruhi sehingga petani lebih memilih menjual lahan mereka,” ujar Taufik.
Kondisi perkebunan lada di Kukar semakin menurun membuat keprihatinan Plt Bupati Kukar Edi Damansyah yang meminta kepada Disbun Kukar untuk memberikan motivasi kepada para pemuda Kukar agar mau menjadi petani lada. Lada bagian dari ciri khas Kukar di mancanegara. “Tugas Disbun memberikan semangat kepada petani muda untuk memilih menjadi petani lada,” ujarnya.
Sebelumnya, Ketua Lemlit Unikarta, Ince Raden menyinggung kerjasama Lada antara Pemkab Kukar dengan Belanda nyaris tidak ada progress. Padahal jika program ini berjalan dengan baik, kesejahteraan petani lada akan meningkat. (ran)
Copyright © 2024 - Korankaltim.com
Tunggu sebentar ya. Kami sedang menyiapkannya untukmu.