SAMARINDA - Berkembanganya jasa usaha kuliner dengan semakin menjamurnya cafe, coffeeshop atau sejenisnya, ternyata menghadirkan celah bisnis dan usaha baru; jasa operator dan branding. 

Alasannya munculnya usaha baru ini tak lain karena banyaknya pengusaha bidang kuliner itu tak mampu mengawal usahanya sampai lama. 

Banyak yang hanya mengikuti tren, ikut-ikutan atau bagi yang punya modal besar, hanya sekadar ingin punya usaha cafe. Tak memikirkan bagaimana maintenance, operasional dan tentu saja brand awareness-nya.

Salah satu perusahana jasa operator dan brand menonjol di Samarinda adalah Sky Group. Berawal dari jasa event organizer, Sky group membuka perusahaan baru yang khusus membidangi maintenance, operator dan brand usaha jasa kuliner. Yakni, Imago. 

“Ide dasarnya adalah membuat usaha kuliner baik cafe, coffeeshop, resto atau sejenisnya tak hanya terus eksis tapi juga berkembang dengan konsep operasional yang kekinian,” ungkap Dian Tebe, Art Director Imago.  

Meski belum lama menggawangi Imago, kepercayaan untuk menjadi operator usaha kuliner langsung didapatkan. Beberapa lokasi kuliner hits seperti Alaya Food Festival, coffeeshop Kopiria, Ikan Goreng Cianjur, hingga Calais, telah teken kontrak dengan mereka.

Selain mengelola pengembangan dan konsep promosi lintas platform, salah satu keunggulan Imago adalah tim kreatif-nya yang selalu melibatkan semua unsure dari klien-nya terlibat pada pada semua proses pengembangan. Khsususnya untuk promo visual dan non visual.

“Pendekatan kami ke klien adalah maju bersama. Kami juga memahamkan ke mereka bahwa bekerjasama adalah proses paling terbaik untuk pengembangan. Dan tentu saja, semua wajib terlibat terutama dalam hal pemikiran tanpa mengenal kasta jabatan,” beber Dian.  

Memahami manajerial lansung dalam operasional, online marketing, medsos marketing, konsep Imago dalam pengembangan usaha kliennya sangat fleksibel dengan kondisi pasar. Klien yang berpotensi banyak menjaring konsumen muda tentu saja kemasannya disesuaikan. Dikonsep lebih kekinian dan membuat penasaran.

“Aktifitasnya, menyesuaikan kondisi, target dan kekuatan produknya. Kami ntak asal meng-óperate suatu brand tanpa lebih dulu memahami dan mendalami target dan market share-nya,”urainya. 

Menurut Dian, banyak tantangan saat pertama kali mengenalkan jasa model baru ini. Karena, selain tidak familiar, konsep kerjanya bagai sebgaian pengusaha justru menambah biaya operasional.

“Sudut pandang itulah yang coba kami ubah. Operasi dan pengembangan brand memang butuh biaya. Tetapi, efeknya bisa membuat omzet naik hingga berlipat. Dibanding membiarkan brand tenggelam karena kejenuhan pasar,”katanya.

Melihat kepercayaan sederet brand diatas terhadap Imago, menjadi angin segar bagi dunia usaha. Bahwa dengan potensi usaha kuliner yang begitu besar di kota ini. Bisa dibayangkan begitu luasnya pasar yang bisa digarap. 

“Tak hanya terbatas pada jasa kuliner. Kedepan kami juga bergerak pada operating dan pengembangan brand usaha non kuliner. Beberapa perusahaan profit non kuliner saat ini sedang penjajakan dengan kami,” tambahnya lagi. (aa119)