Jumat, 23/02/2018
Jumat, 23/02/2018
Gas Melon Langka: Salah satu toko gas di Kabupaten PPU yang kehabisan stok. DI wilayah ini gas melon langka yang memaksa warga menggunakan kayu bakar. Ada yang menjual tapi harganya selangit.
Jumat, 23/02/2018
Gas Melon Langka: Salah satu toko gas di Kabupaten PPU yang kehabisan stok. DI wilayah ini gas melon langka yang memaksa warga menggunakan kayu bakar. Ada yang menjual tapi harganya selangit.
PENAJAM – Warga di Kelurahan Nipah-nipah, Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU) mengaku kesulitan mendapatkan gas elpiji. Gas takaran 3 kilogram (kg) mulai langka beberapa hari terakhir di kawasan pemukiman itu. Mau tak mau, warga kembali menggunakan bahan bakar kayu sebagai sarana memasak dalam kesehariannya.
Kelangkaan memperoleh elpiji ‘melon’ - sebutan elpiji 3 kg - mulai dirasakan warga sejak awal Februari 2018. Saking sulitnya mendapatkan gas, kini harganya melonjak. Sebagian pedagang kaki lima masih menjual tapi harganya mencapai Rp25.000 hingga Rp27.000 pertabung.
Menurut Sultaning, warga Kelurahan Nipah-Nipah di wilayah tempat tinggalnya sudah terdapat beberapa ibu rumah tangga beralih menggunakan kayu bakar. Dia menggambarkan betapa sulitnya mendapatkan gas berwarna hijau tersebut.
“Masyarakat ini tidak tahu mesti bagaimana lagi, bahkan sudah ada sebagian memasak pakai kayu, karena itu dari pada menunggu gas makanya memilih pakai kayu bakar,” ungkap Sultaning ketika ditemui awak media, Kamis (22/2).
Sultaning mengaku heran keberadaan gas elpiji sulit ditemukan. Terlebih menurutnya, di pasaran dan pangkalan ia tidak mendapatkan ketika waktu dirinya mencari. “Kami berharap permasalahan ini dapat diatasi lantaran gas ini kan sanggatlah dibutuhkan masyarakat,” ujarnya.
Ditemui terpisah, Sekretaris Diskukmperindag Kabupaten PPU, Sabran membantah jika terjadi kelangkaan gas elpiji 3kg. Terbukti saat melakukan operasi pasar stok yang disediakan tidak habis terjual.
“Isunya elpiji langka, tapi nyatanya setiap melakukan operasi pasar, gas yang kami bawa tidak habis, jadi itu tidak sesuai dengan apa yang diisukan, kalau adanya yang beralih ke kayu bakar kami belum mendapatkan informasi,” jelasnya. (wn1017)
Gas Melon Langka: Salah satu toko gas di Kabupaten PPU yang kehabisan stok. DI wilayah ini gas melon langka yang memaksa warga menggunakan kayu bakar. Ada yang menjual tapi harganya selangit.
PENAJAM – Warga di Kelurahan Nipah-nipah, Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU) mengaku kesulitan mendapatkan gas elpiji. Gas takaran 3 kilogram (kg) mulai langka beberapa hari terakhir di kawasan pemukiman itu. Mau tak mau, warga kembali menggunakan bahan bakar kayu sebagai sarana memasak dalam kesehariannya.
Kelangkaan memperoleh elpiji ‘melon’ - sebutan elpiji 3 kg - mulai dirasakan warga sejak awal Februari 2018. Saking sulitnya mendapatkan gas, kini harganya melonjak. Sebagian pedagang kaki lima masih menjual tapi harganya mencapai Rp25.000 hingga Rp27.000 pertabung.
Menurut Sultaning, warga Kelurahan Nipah-Nipah di wilayah tempat tinggalnya sudah terdapat beberapa ibu rumah tangga beralih menggunakan kayu bakar. Dia menggambarkan betapa sulitnya mendapatkan gas berwarna hijau tersebut.
“Masyarakat ini tidak tahu mesti bagaimana lagi, bahkan sudah ada sebagian memasak pakai kayu, karena itu dari pada menunggu gas makanya memilih pakai kayu bakar,” ungkap Sultaning ketika ditemui awak media, Kamis (22/2).
Sultaning mengaku heran keberadaan gas elpiji sulit ditemukan. Terlebih menurutnya, di pasaran dan pangkalan ia tidak mendapatkan ketika waktu dirinya mencari. “Kami berharap permasalahan ini dapat diatasi lantaran gas ini kan sanggatlah dibutuhkan masyarakat,” ujarnya.
Ditemui terpisah, Sekretaris Diskukmperindag Kabupaten PPU, Sabran membantah jika terjadi kelangkaan gas elpiji 3kg. Terbukti saat melakukan operasi pasar stok yang disediakan tidak habis terjual.
“Isunya elpiji langka, tapi nyatanya setiap melakukan operasi pasar, gas yang kami bawa tidak habis, jadi itu tidak sesuai dengan apa yang diisukan, kalau adanya yang beralih ke kayu bakar kami belum mendapatkan informasi,” jelasnya. (wn1017)
Copyright © 2024 - Korankaltim.com
Tunggu sebentar ya. Kami sedang menyiapkannya untukmu.