Senin, 28/01/2019

Butet: Jangan Malu Kalah, Malu Kalau Menyerah

Senin, 28/01/2019

Liliyana Natsir / Badmintonindonesia.or.id

Join Grup Telegram Koran Kaltim untuk mendapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari. Caranya klik link https://t.me/+SsC4jer3I5syZWU1 atau klik tombol dibawah ini.

Grup Telegram Koran Kaltim

kemudian join. Anda harus instal aplikasi Telegram terlebih dahulu di ponsel.

Butet: Jangan Malu Kalah, Malu Kalau Menyerah

Senin, 28/01/2019

logo

Liliyana Natsir / Badmintonindonesia.or.id

JAKARTA - Liliyana Natsir tidak bisa menahan tangis di upacara perpisahan jelang berlangsungnya final Indonesia Masters 2019 di Istora Senayan, Minggu (27/1) siang kemarin.

Istora Gelora Bung Karno sudah penuh sesak dengan penonton saat waktu menunjukkan pukul 12.30 Wita. Mereka sudah menunggu sejak pagi, bahkan ada banyak yang telah menjejakkan kaki di Senayan sejak belum ada matahari.

Jika penonton sudah menunggu sejak pagi, maka Liliyana Natsir sendiri sudah terlihat menyiapkan hati untuk acara perpisahan sebelum final Indonesia Masters 2019 dimulai. Pensiun untuk seorang atlet bukan perkara mudah dan hal itu terlihat jelas sejak Liliyana masuk ke arena Istora Senayan.

Diiringi dengan sejumlah nama-nama yang punya peran penting dalam kariernya seperti Nova Widianto dan Richard Mainaky, Liliyana datang bersama dua pebulutangkis muda Indonesia Rahmat Hidayat dan Febi Setianingrum.

Untuk sekadar mengucap kata pertama, Liliyana butuh beberapa kali helaan napas sebelum ia bisa menyapa Istora. Suara wanita yang akrab dipanggil Butet ini  terdengar lebih berat dari biasanya. Ada rasa haru yang berusaha ia tahan sekuat tenaga untuk tak berubah wujud jadi air mata. “Minggu, 27 Januari 2019, saya menyatakan pensiun menjadi atlet profesional bulutangkis,” ujar Liliyana di awal sambutannya.

Bicara Liliyana Natsir mulai jelas ketika ia berbicara tentang rasa bangga telah berjuang untuk sekian waktu lama untuk Indonesia.

“Dunia inilah yang membesarkan nama saya, dan dunia inilah yang membuat saya bisa memberikan yang terbaik untuk bangsa. Saya ingin adik-adik saya jadi pemenang-pemenang yang baru,” kata Liliyana.

Liliyana juga punya pesan yang harus diresapi oleh pemain-pemain muda Indonesia. Dalam lebih dari satu dekade terakhir, Liliyana adalah baris pertama andalan Indonesia untuk meraih prestasi pada berbagai kejuaraan di dunia. Liliyana berharap tugas itu bisa diemban dengan baik oleh generasi selanjutnya. “Kekalahan itu tidak memalukan, yang memalukan adalah saat kalian menyerah,” tutur Liliyana.

Dalam upacara perpisahan itu, Liliyana melihat video kemenangan Tontowi/Liliyana di Olimpiade Rio de Janeiro 2016. Selain itu juga ada ucapan dan kesan-kesan dari banyak pemain-pemain dunia yang pernah jadi rival-rival Liliyana di lapangan. Liliyana juga mengucapkan terima kasih kepada banyak pihak, mulai dari PBSI, pelatih, rekan-rekan di pelatnas, hingga kedua orang tuanya, Beno Natsir dan Olly Maramis.

Liliyana sepertinya tak mau ada perpisahan yang diiringi air mata. Ia mengaku berdiri lama di podium bisa membuatnya menangis. Namun tetap ada air mata yang mengalir. Liliyana tak bisa sepenuhnya menahan air mata di hari terakhirnya sebagai atlet bulutangkis Indonesia.

Air mata itu mengalir, lepas dari kontrol dan kendali Liliyana Natsir yang tengah mengucapkan kata demi kata. “Terima kasih, sampai jumpa di lain kesempatan,” ucap Liliyana.

Liliyana Natsir merebut medali perak Olimpiade Beijing 2008 ketika berpasangan dengan Nova Widianto. Kemudian ia berpasangan dengan Tontowi Ahmad dan memenangkan medali emas Olimpiade Rio 2016. 

“Meskipun Liliyana mau pensiun, tetapi jiwa gak mau kalahnya itu tetap sangat besar. Ambisinya (untuk menang) sangat besar. Pola pikirnya selalu mencari gimana cara untuk menang. Dia juga ketika di lapangan tak mudah untuk menyerah,” ungkap Tontowi.  (cnc)


Butet: Jangan Malu Kalah, Malu Kalau Menyerah

Senin, 28/01/2019

Liliyana Natsir / Badmintonindonesia.or.id

Berita Terkait


Tunggu sebentar ya. Kami sedang menyiapkannya untukmu.