Minggu, 01/10/2017

280 Senjata Brimob ‘Tertahan’ di Soeta

Minggu, 01/10/2017

Join Grup Telegram Koran Kaltim untuk mendapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari. Caranya klik link https://t.me/+SsC4jer3I5syZWU1 atau klik tombol dibawah ini.

Grup Telegram Koran Kaltim

kemudian join. Anda harus instal aplikasi Telegram terlebih dahulu di ponsel.

Berita Terkait

280 Senjata Brimob ‘Tertahan’ di Soeta

Minggu, 01/10/2017

logo

JAKARTA - Ratusan pucuk senjata berat yang diimpor tertahan di Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang. Polri mengakui senjata itu diimpor untuk Korps Brimob Polri. Tiba pada Jumat pekan lalu, dan belum bisa dikeluarkan dari kargo karena mesti menunggu rekomendasi BAdan Intelejen Strategis (BAIS) TNI.

“Senjata tersebut betul milik Polri. Itu barang yang sah,” kata Inspektur Jenderal Setyo Wasista, Kepala Divisi Humas Mabes Polri, dalam keterangannya di Jakarta.

Setyo menegaskan pengadaan senjata itu sudah melalui prosedur yang sah. Ia merinci prosesnya mulai perencanaan spesifikasi, proses lelang, review staf Inspektur Pengawasan Umum serta Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan, sampai ke pengadaan dan pembelian oleh pihak ketiga, hingga proses masuk ke pabean Soekarno-Hatta. Setyo memastikan Polri sudah mengkonfirmasi impor senjata tersebut kepada Bais TNI. “Semua sudah sesuai dengan prosedur,” ujarnya.

Setyo mengatakan prosedur yang dilakukan memang demikian karena barang harus masuk lebih dulu ke Indonesia, kemudian dikarantina dan dicek Bais TNI, lalu dikeluarkan rekomendasinya.

“Jika nanti dalam pengecekan tidak sesuai, (senjata itu) dapat diekspor kembali,” ucapnya. 

Senada dengan Setyo, Kepala Korps Brimob Polri Irjen Murad Ismail mengatakan pemesanan senjata tersebut sudah sesuai dengan prosedur. “Apa yang kami impor telah sesuai dengan manifes. Saya yang tanda tangani dan ditujukan kepada Bais TNI,” tuturnya.

Berdasarkan informasi yang dihimpun Tempo, impor senjata dan amunisi dilakukan PT Mustika Duta Mas. Kargo senjata itu tiba dengan pesawat Maskapai Ukraine Air Alliance dengan nomor penerbangan UKL 4024, Jumat 29 September 2017, pukul 23.30 WIB (Sabtu, 30 September 2017, 00.30 WITA).

Kargo itu berisi senjata berat berupa 280 pucuk senjata Arsenal Stand Alone Grenade Launcher (SAGL) kaliber 40 x 46 milimeter. Senjata itu dikemas dalam 28 kotak (10 pucuk per kotak) dengan berat total 2.212 kilogram.

Kedua, amunisi berupa Ammunition Castior 40 mm, RLV-HEFJ kaliber 40 x 46 mm, high explosive fragmentation jump grenade. Amunisi tersebut dikemas 70 boks (84 butir per boks) dan 1 boks (52 butir). Totalnya mencapai 5.932 butir (71 boks) dengan berat 2.829 kg.

Barang diturunkan dari pesawat pukul 23.45 WIB dan berakhir Sabtu, 30 September 2017, sekitar pukul 01.25 WIB. Barang kemudian digeser ke Kargo Unex. Karena masih menunggu izin dari Bais, barang itu belum bisa diambil penerimanya, yang tercatat Bendahara Pengeluaran Korps Brimob Polri, Kesatrian Amji Antak, Kelapa Dua, Cimanggis, Indonesia.

Menurut Situs Arsenal-bg.com, kedua jenis senjata tersebut sebenarnya masuk kategori senjata militer. SAGL disebut di situs itu merupakan senjata pelontar granat tipe M 406. Ada pun RLV-HEFJ adalah amunisi granat yang digunakan sebagai senjata serbu militer untuk menghancurkan kendaraan lapis baja ringan.

Selain itu, Setyo menegaskan senjata pelontar granat yang digunakan untuk membantu TNI melumpuhkan dan mengejutkan lawan jika sewaktu-waktu terjadi teror atau peperangan. “Cara kerjanya, stand granat launcher ini fungsinya adalah pengejut, bisa peluru kabut, bisa peluru gas, bisa peluru asap,” katanya.

Pengamat pertahanan, Connie Rahakundini Bakrie mempertanyakan pengiriman senjata dan amunisi impor harus melalui kargo bandara yang juga menjadi landas operasional pangkalan udara militer. Di Jakarta contohnya adalah Bandara Internasional Halim Perdanakusuma.

“Yang setahu saya tidak boleh diizinkan kargo membawa senjata masuk bandara sipil,” kata dia, di Jakarta Minggu (1/10).

Dia mempertanyakan impor senjata dan amunisi memakai operator penerbangan kargo dari Ukraina itu bisa melalui Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten.Dia  menjelaskan pesawat terbang biasa maupun pengangkut bahan berbahaya yang memasuki negara lain harus mengantongi ijin dari negara tujuan dan tidak dilakukan secara mendadak. Dia mengatakan, pesawat terbang yang telah memiliki ijin masuk melalui udara dinyatakan legal, jika ijin itu diketahui lembaga otoritas terkait, di antaranya Kementerian Perhubungan, Kementerian Luar Negeri dan Markas Besar TNI.

Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan, Wiranto mengakui ada persoalan dalam impor senjata api untuk Korps Brimob Polri. Namun, Wiranto menegaskan, dirinya tengah berupaya menyelesaikan persoalan tersebut.

“Ada masalah yang perlu kita selesaikan dengan cara musyawarah, mufakat dan koordinasi. Tugas saya sebagai Menkopolhukam atas perintah Presiden adalah mengkoordinasikan semua lembaga di bawah saya untuk sama-sama kita selesaikan,” ujar Wiranto di Kompleks Museum Pancasila Sakti, Lubang Buaya, Jakarta Timur, Minggu (1/10).

“Berikan kesempatan kepada saya untuk sama-sama dengan Panglima TNI, Kapolri, BIN dan Pindad serta siapapun yang terlibat pengadaan senjata ini, menyelesaikan ini,” lanjut dia.

Ketika persoalan tersebut sudah rampung, Wiranto berjanji baru akan mengungkapkannya kepada publik.

Presiden Joko Widodo sempat dimintai tanggapannya terkait persoalan pengadaan senjata api itu. Namun, ia enggan menanggapinya. Dia mengatakan, silahkan bertanya kepada Menkopolhukam saja.

Atas sengkarut pengadaan senjata, DPR akan segera menggelar rapat bersama Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu, Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo, dan Kepala BIN Budi Gunawan untuk membicarakan persoalan pengadaan senjata api militer dan nonmiliter.

Raker antara Komisi I DPR RI dan mitra-mitra kerjanya tersebut direncanakan digelar pekan depan. Pembicaraan dilakukan untuk mencegah timbulnya komunikasi dan pemahaman yang salah ihwal pengadaan senjata.

“Supaya ada klarifikasi yang jelas terkait masalah ini, karena kalau tidak ini akan terus simpang siur,” kata Wakil Ketua DPR RI Fadli Zon kepada wartawan di kawasan Lubang Buaya, Jakarta, Minggu (1/10).

Ihwal sengkarut pengadaan senjata ini diungkapkan Panglima TNI Gatot Nurmantyo. Jenderal bintang empat ini mengungkap ada institusi nonmiliter yang mendatangkan 5.000 senjata berat.

Wiranto mengklarifikasi BIN yang mendatangkan 500 pucuk senjata untuk kepentingan latihan. Tapi faktanya, yang datang di Bandara Soekarno-Hatta jenis senjata berat, pelontar granat beserta ribuan amunisinya. (tco/ant/kmp/kc/cnn/net)


280 Senjata Brimob ‘Tertahan’ di Soeta

Minggu, 01/10/2017

Berita Terkait


Tunggu sebentar ya. Kami sedang menyiapkannya untukmu.