Selasa, 08/08/2017
Selasa, 08/08/2017
ilustrasi/net
Selasa, 08/08/2017
ilustrasi/net
PENGGUNAAN media sosial yang terus meningkat berbanding lurus dengan tingkat paranoid yang semakin tinggi. Hal ini diperingatkan oleh seorang akademisi terkemuka. Walaupun buktinya tergolong masih sedikit, satu dari lima orang pengguna media sosial merasa berada di bawah ancaman.
Seorang psikolog mengatakan jumlah tersebut bisa mengalami peningkatan yang cukup signifikan terlebih semakin banyak kaum mudah yang menggunakan media sosial. Pernyataan ini muncul setelah sebuah yayasan amal anak-anak di suatu negara merasa sangat tidak bahagia karena menggunakan media sosial.
“Dunia digital mengubah masyarakat dengan caranya yang bisa membuat mereka merasa seolah berada di bawah pengawasan,” kata Philippa Garety, profesor psikologi klinis di King’s College London seperti yang dikutip dari Daily Mail, Selasa (8/8/2017).
Saat menggunakan media sosial, tindakan seseorang bisa secara mudah dilacak dan dicatat dengan cara tertentu melalui internet. Hal itu bisa memicu rasa cemas yang lebih besar karena menimbulkan pikiran apakah orang-orang yang mengikuti mereka bisa membahayakan.
Menurut sebuah badan amal kesehatan mental, pikiran paranoid memiliki tingkat keparahan yang berbeda. Mulai dari mengalami delusi hingga memiliki kecurigaan yang berlebihan. Ancaman ini lebih banyak dialami oleh kaum muda karena mereka lebih banyak menggunakan media sosial.
Pada bulan Desember lalu, NSPCC telah menyalahkan media sosial mengenai peningkatan bahaya bunuh diri di kalangan anak muda. Sebanyak 18.778 anak-anak di Inggris dan Wales yang berusia 11 - 18 tahun harus dirawat di rumah sakit karena menyakiti diri mereka sendiri pada periode 2015-2016. Jumlah ini meningkat sebanyak 14% dibandingkan dengan tahun sebelumnya. (okz)
ilustrasi/net
PENGGUNAAN media sosial yang terus meningkat berbanding lurus dengan tingkat paranoid yang semakin tinggi. Hal ini diperingatkan oleh seorang akademisi terkemuka. Walaupun buktinya tergolong masih sedikit, satu dari lima orang pengguna media sosial merasa berada di bawah ancaman.
Seorang psikolog mengatakan jumlah tersebut bisa mengalami peningkatan yang cukup signifikan terlebih semakin banyak kaum mudah yang menggunakan media sosial. Pernyataan ini muncul setelah sebuah yayasan amal anak-anak di suatu negara merasa sangat tidak bahagia karena menggunakan media sosial.
“Dunia digital mengubah masyarakat dengan caranya yang bisa membuat mereka merasa seolah berada di bawah pengawasan,” kata Philippa Garety, profesor psikologi klinis di King’s College London seperti yang dikutip dari Daily Mail, Selasa (8/8/2017).
Saat menggunakan media sosial, tindakan seseorang bisa secara mudah dilacak dan dicatat dengan cara tertentu melalui internet. Hal itu bisa memicu rasa cemas yang lebih besar karena menimbulkan pikiran apakah orang-orang yang mengikuti mereka bisa membahayakan.
Menurut sebuah badan amal kesehatan mental, pikiran paranoid memiliki tingkat keparahan yang berbeda. Mulai dari mengalami delusi hingga memiliki kecurigaan yang berlebihan. Ancaman ini lebih banyak dialami oleh kaum muda karena mereka lebih banyak menggunakan media sosial.
Pada bulan Desember lalu, NSPCC telah menyalahkan media sosial mengenai peningkatan bahaya bunuh diri di kalangan anak muda. Sebanyak 18.778 anak-anak di Inggris dan Wales yang berusia 11 - 18 tahun harus dirawat di rumah sakit karena menyakiti diri mereka sendiri pada periode 2015-2016. Jumlah ini meningkat sebanyak 14% dibandingkan dengan tahun sebelumnya. (okz)
Copyright © 2024 - Korankaltim.com
Tunggu sebentar ya. Kami sedang menyiapkannya untukmu.