Kamis, 13/07/2017
Kamis, 13/07/2017
Kamis, 13/07/2017
BALIKPAPAN - Bank Indonesia bersama Kementerian Kordinator Kemaritiman menggelar rapat kordinasi pemerintah membahas isu –isu strategis yang menjadi trigger bagi pemerintah daerah dalam menyiasiti situasi ekonomi saat ini. Kegiatan yang dilaksanakan Jumat pagi hingga sore hari ini akan menghadirkan Gubernur BI, Menko Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan, perwakilan Menteri ESDM, Menteri Pehubungan, perwakilan Menteri PUPR, gubernur se Kalimantan dan bupati dan wali kota se Kalimantan, di Hotel Grand Senyiur.
Dody Budi Waluyo, Asisten Gubernur, Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI mengatakan tema besar dalam pembahasan rapat koordinasi ini, yakni diversifikasi dalam mendorong pertumbuhan ekonomi daerah. Isu ini sangat cocok dengan kondisi Kaltim yang kaya akan sumber daya alam (SDA) namun mengalami pelambatan ekonomi.
“Besok (hari ini) akan langsung dihadiri kementrian membahas strategi koordinasi kebijakan pusat dan daerah dalam mendorong percepatan pembangunan infrastruktur, konektifitas, dan sistem logistik untuk pertumbuhan ekonomi daerah,” ungkapnya saat bincang media yang diikuti Yudi Prabangkara Asdep Bidang Pertambangan dan Energi Kemenko Maritim, Budi Hikmat, Chief Economist & Director for Investor Relation PT Bahana TCW Investment Management dan dipandu Andiwiana Deputi Direktur Departemen Komunikasi BI kemarin sore.
Dalam kegiatan ini juga akan diungkap progres-progres pembangunan proyek infrasturktur konektifitas di Kalimantan dalam rangka diversifikasi mendorong pertumbuhan ekonomi.
“Kesepakatan dalam rapat koordinasi ini akan jadi masukan pemerintah. Dan kita akan mengawal apa saja yang disepakati untuk kemudian implementasi. Karena itu butuh segera quick win-quick win bagi daerah bisa tumbuh setelah mengalami kontraksi pertumbuhan selama dua tahun yang sekarang mulai bangkit,” katanya.
Dody mengulas RI sangat bergantung pada kekayaan SDA. Ada fenomena negara yang SDA kaya ada kemampuan untuk pertumbuhan ekonomi lebih tinggi. Namun ada paradok yakni negara dengan kekayaan besar jsutru pertumbuhan ekonomi melambat.
”Indonesia dimana? Memang Kita dalam komposisi pendapatan 30-40 persen dari SDA. Itu cukup besar tapi lihat pertumbuhan ekonomi 5 persen. Artinya kita tidak mengalami situasi (lambat) kita bisa memberdayakan SDA agar ekonomi tumbuh. Beberapa negara di timur tengah dan amerika latin, ekonomi bergantung pada SDA,” ujarnya.
Namun jika dilihat pada spasial (regional) kaltim, Papua dan Aceh mereka mengalami pelambatan ekonomi padahal SDA kaya bahkan kontraksi. “Kaltim termasuk terdampak karena konsenterasi SDA 40-50 persen bahkan lebih dari itu. Diversifiksi rasio sangat rendah. Jadi asismen BI dari 34 provinsi, Kaltim salah satu yang terburuk dari sisi diversifikasi. Saat harga komoditi jatuh terjadi resourcsess paradok dari sumber daya besar tapi justru alami kontraksi pertumbuhan rendah. Ini yang kita bahas besok (hari ini),” bebernya.
BI Pusat mengaku hal ini sudah pernah dibahas namun yangnharus dilakukan adalah quick win, jalan menengah panjang atau paling tidak memiliki strategi diversifikasi bisa dilakukan vertikal yakni SDA andalan batu bara, kelapa sawit bisa berikan nilai tambah tidak hanya ekspor mentah dengan cara melakukan hilirisasi (industri). (din)
Tunggu sebentar ya. Kami sedang menyiapkannya untukmu.