Kamis, 17/05/2018
Kamis, 17/05/2018
MONITORING: Disprindag dan Satgas Pangan Kukar melakukan inspeksi mendadak di pangkalan elpiji Depot Juli Tenggarong. (heri / korankaltim)
Kamis, 17/05/2018
MONITORING: Disprindag dan Satgas Pangan Kukar melakukan inspeksi mendadak di pangkalan elpiji Depot Juli Tenggarong. (heri / korankaltim)
TENGGARONG - Tinjauan langsung ke lapangan dalam rangka upaya antisipasi ketersediaan barang di pasaran pada Selasa (15/5) lalu oleh Disprindag Kukar dan Satgas Pangan mengungkapkan fakta masih banyaknya rumah makan dan warung yang ada di Tenggarong menggunakan elpiji 3 kilogram.
“Benar ternyata masih banyak yang gunakan gas melon itu, cukup disayangkan sebenarnya karena gas itu kan dikhususkan untuk masyarakat kita yang kurang mampu, bukan untuk bisnis,” kata Kasi Pengembangan Perdagangan Bidang Perdagangan Disprindag Rahmah Sartika Dewi kepada Koran Kaltim.
Menurut Tika, temuan ini menjadi salah satu penyebab keberadaan gas melon di pangkalan susah di dapat.
Ia menyebut harusnya kondisi seperti ini segera dilakukan penindakan tegas oleh Satgas Pangan yang terdiri dari pihak kepolisian. “Memang yang seharusnya menindak pihak kepolisian, kalau hanya dari kami Disprindag tidak mempan,” sebutnya.
Saat ini imbauan dari gubernur terkait larangan penggunaan elpiji subsidi oleh masyarakat sudah diterima dan akan diteruskan setelah mendapat persetujuan Plt Bupati Kukar Edi Damansyah.
“Sudah proses tinggal naik ke pak kadis dan menunggu persetujuan dari pak Plt bupati, selanjutnya akan kita edarkan segera, mengingat surat imbauan dari Pertamina juga sudah menyebar terkait solusi yang ditawarkan untuk mengatasi kelangkaan tabung gas tiga kilogram,” tegasnya.
Untuk diketahui, Pertamina memberlakukan solusi untuk mengatasi langkanya elpiji 3 kilogram dengan menawarkan penukaran tabung melon dengan tabung gas nonsubsidi atau bright gas berukuran 5,5 kilogram. (hei)
MONITORING: Disprindag dan Satgas Pangan Kukar melakukan inspeksi mendadak di pangkalan elpiji Depot Juli Tenggarong. (heri / korankaltim)
TENGGARONG - Tinjauan langsung ke lapangan dalam rangka upaya antisipasi ketersediaan barang di pasaran pada Selasa (15/5) lalu oleh Disprindag Kukar dan Satgas Pangan mengungkapkan fakta masih banyaknya rumah makan dan warung yang ada di Tenggarong menggunakan elpiji 3 kilogram.
“Benar ternyata masih banyak yang gunakan gas melon itu, cukup disayangkan sebenarnya karena gas itu kan dikhususkan untuk masyarakat kita yang kurang mampu, bukan untuk bisnis,” kata Kasi Pengembangan Perdagangan Bidang Perdagangan Disprindag Rahmah Sartika Dewi kepada Koran Kaltim.
Menurut Tika, temuan ini menjadi salah satu penyebab keberadaan gas melon di pangkalan susah di dapat.
Ia menyebut harusnya kondisi seperti ini segera dilakukan penindakan tegas oleh Satgas Pangan yang terdiri dari pihak kepolisian. “Memang yang seharusnya menindak pihak kepolisian, kalau hanya dari kami Disprindag tidak mempan,” sebutnya.
Saat ini imbauan dari gubernur terkait larangan penggunaan elpiji subsidi oleh masyarakat sudah diterima dan akan diteruskan setelah mendapat persetujuan Plt Bupati Kukar Edi Damansyah.
“Sudah proses tinggal naik ke pak kadis dan menunggu persetujuan dari pak Plt bupati, selanjutnya akan kita edarkan segera, mengingat surat imbauan dari Pertamina juga sudah menyebar terkait solusi yang ditawarkan untuk mengatasi kelangkaan tabung gas tiga kilogram,” tegasnya.
Untuk diketahui, Pertamina memberlakukan solusi untuk mengatasi langkanya elpiji 3 kilogram dengan menawarkan penukaran tabung melon dengan tabung gas nonsubsidi atau bright gas berukuran 5,5 kilogram. (hei)
Copyright © 2024 - Korankaltim.com
Tunggu sebentar ya. Kami sedang menyiapkannya untukmu.