Selasa, 18/09/2018

Agus Bei, 17 Tahun Menjaga Mangrove dari Kepungan Pembangunan

Selasa, 18/09/2018

DEMI EKOLOGI : Agus Bei memperlihatkan mangrove sebelum ditanam di lahan konservasi Graha Indah. ( FOTO: ISTIMEWA/KK )

Join Grup Telegram Koran Kaltim untuk mendapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari. Caranya klik link https://t.me/+SsC4jer3I5syZWU1 atau klik tombol dibawah ini.

Grup Telegram Koran Kaltim

kemudian join. Anda harus instal aplikasi Telegram terlebih dahulu di ponsel.

Berita Terkait

Agus Bei, 17 Tahun Menjaga Mangrove dari Kepungan Pembangunan

Selasa, 18/09/2018

logo

DEMI EKOLOGI : Agus Bei memperlihatkan mangrove sebelum ditanam di lahan konservasi Graha Indah. ( FOTO: ISTIMEWA/KK )

BALIKPAPAN - 17 tahun melakukan konservasi hutan bakau atau mangrove bukanlah waktu yang sebentar. Mendapatkan Kalpataru 2017 dari Presiden RI, juga tak menjadi tujuan utama.

Popularitas? Kata itu pun tak ada dalam kamus harian sang perintis lingkungan yang bernama Agus Bei ini. Malahan dia pernah dikira gila hingga akhirnya hutan itu diresmikan sebagai Mangrove Center Graha Indah oleh Pemkot Balikpapan.

Kepada Koran Kaltim, Agus Bei menjelaskan, hutan mangrove yang dikonservasi seluas 150 hektare dari sebelumnya hanya 40 hektare saja karena telah dijadikan tambak.

“Sebenarnya luas hutan mangrove tetap 150 hektare, cuma dulu 60 persennya sudah rusak. Jenis mangrove yang ditanam Rhizopora Apiculata dan Rhizopora Mucronata,” kata Agus Bei (17/9).

Dua jenis mangrove itu dipilih karena lebih sulit dalam pemeliharaannya. “Sebenarnya jenis mangrove itu banyak sekali. Tapi jenis yang saya sebut tadi itu pionirnya. Kalau itu tumbuh, maka mangrove yang lain tumbuh juga secara alamiah,” jelasnya.

Kesulitan menanam mangrove Rhizopora Apiculata dan Rhizopora Mucronata karena harus tepat kedalaman tanam, tiang penyangga dan merawatnya pun harus berkelanjutan. Kalau asal tanam, ia memastikan hasilnya tak sempurna, bahkan tak tumbuh.

“Merawat mangrove yang sudah ditanam itu rumit. Harus sabar dan telaten. Setelah dua tahun dan tegak, baru aman pertumbuhannya,” terang pria yang akrab disapa Mas Agus ini.

150 hektare lahan hutan mangrove itu diakui Agus merupakan milik masyarakat. Bukan pemerintah. Dirinya pun pernah menyampaikan persoalan ini ke Pemkot Balikpapan.

“Sudah ke Lurah, Camat Balikpapan Utara, Wali Kota dan DPRD juga. Ya, tinggal mereka saja berpikir, apakah Balikpapan mau tetap aman,” ungkapnya.

“Kalau pemerintah merasa mangrove itu miliknya, ya silakan dijaga. Kalau merasa punya orang, ya bagaimana cara pemerintah agar bisa memilikinya. Saya nggak bisa memaksa,” lanjut Agus.

Sementara pembangunan kota Balikpapan kian pesat dan banyak pengembang membangun komplek perumahan dan apartemen, membuat dirinya pesimistis konservasi mangrove dapat bertahan.

“Kalau masih milik masyarakat, pesimistis bisa bertahan. Sekarang gini, kalau yang punya lahan mau membikin, membangun sesuatu, ya saya tidak bisa berbuat apa-apa,” ucapnya.

Pegiat lingkungan yang pernah mendapat Kalpataru untuk kategori Perintis Lingkungan pada 2017 lalu ini pun menerangkan bahwa keberadaan hutan mangrove yang lestari tak hanya untuk kelangsungan ekologi, tapi dapat menggerakan roda perekonomian dari sektor pariwisata.

“Memang buahnya tidak dipetik untuk dijual seperti pete dibawa ke pasar. Tapi, hutan mangrove yang bagus, bisa mendatangkan wisatawan. Sebulan saja, rata-rata wisatawan yang berkunjung 200 orang dan 25 persen merupakan turis asing seperti bule Australia, Perancis, Jerman dan Inggris,” bebernya.

Tak hanya itu, ekonomi warga yang bermukim di sekitar Mangrove Center juga meningkat. “Mereka ada yang buka usaha seperti warung makan. Ada juga yang menjual bibit mangrove. Jasa travel, guide tour sampai perhotelan juga dapat manfaatnya,” imbuhnya.

Selain menjadi tujuan wisata, Mangrove Center juga membuat habitat hewan menjadi bertambah dan terjaga. Seperti bekantan yang merupakan hewan dilindungi dan endemik. Mengingat, pesisir Teluk Balikpapan yang ditumbuhi mangrove merupakan rumah alami primata berhidung mancung itu. (hn)

Agus Bei, 17 Tahun Menjaga Mangrove dari Kepungan Pembangunan

Selasa, 18/09/2018

DEMI EKOLOGI : Agus Bei memperlihatkan mangrove sebelum ditanam di lahan konservasi Graha Indah. ( FOTO: ISTIMEWA/KK )

Berita Terkait


Tunggu sebentar ya. Kami sedang menyiapkannya untukmu.