Selasa, 04/02/2020

Aura di Balik Pusaka Kesultanan Kutai Kartanegara Ing Martadipura, Sultan Mandi Peluh Kenakan Mahkota Ketopong

Selasa, 04/02/2020

Ketopong/Sultan Kutai Kartanegara ing Martadipura, Aji Muhammad Arifin ( Foto: Istimewa )

Join Grup Telegram Koran Kaltim untuk mendapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari. Caranya klik link https://t.me/+SsC4jer3I5syZWU1 atau klik tombol dibawah ini.

Grup Telegram Koran Kaltim

kemudian join. Anda harus instal aplikasi Telegram terlebih dahulu di ponsel.

Aura di Balik Pusaka Kesultanan Kutai Kartanegara Ing Martadipura, Sultan Mandi Peluh Kenakan Mahkota Ketopong

Selasa, 04/02/2020

logo

Ketopong/Sultan Kutai Kartanegara ing Martadipura, Aji Muhammad Arifin ( Foto: Istimewa )

KORANKALTIM.COM, TENGGARONG --Masyarakat dihebohkan dengan klaim kemunculan kerajaan baru. Ada Kerajaan Agung Sejagat, Sunda Empire hingga King of the King.

Terlepas dari fakta bahwa cukup banyak yang tergiur iming-iming kerajaan palsu itu, menjadi raja memang bukan perkara mudah.

"Klaim seorang raja itu harus dibuktikan oleh tiga hal. Silsilah atau trah keturunan yang jelas, punya komunitas masyarakat adat dan terakhir, adalah istana," tukas Sultan Kutai Kartanegara ing Martadipura, Aji Muhammad Arifin, saat ditemui, Senin (3/2/2020) di kediamannya.

Sultan meminta masyarakat berfikir cerdas dan tidak mudah terbujuk dengan iming-iming keuntungan materi atau pemberian gelar oleh pihak yang mengaku sebagai raja. 

Meskipun berstatus sebagai putra mahkota, beliau sendiri tidak serta merta naik tahta setelah mangkatnya sang ayah, Sultan Aji Muhammad Salehoeddin II. "Prosedur pengangkatan Sultan, harus melalui sidang Majelis Dewan Tata Nilai Adat Kesultanan Kutai Kartanegara Ing Martadipura, melalui berbagai pertimbangan yang menjadi indikator kelayakan seorang Sultan" ujarnya.

Sebagaimana kerajaan lain di nusantara, Kesultanan Kutai juga punya sejarah panjang. Eksistensi kerajaan ini pun mudah dilacak dari warisan benda-benda pusakanya.

Sudah masyhur kisah adanya aura dan kekuatan tersendiri di balik benda-benda pusaka milik kerajaan. 

Konon, ada sebagian benda pusaka 'menolak' disentuh atau dikenakan oleh orang yang tak punya 'hak' atau trah yang jelas. Misalnya, ada senjata pusaka yang tak bisa dicabut oleh yang bukan keturunan raja-raja sebelumnya. Seolah-olah, ada 'dimensi' lain dari benda pusaka itu yang harus bersesuaian dengan pemakainya. 

Sultan Aji Muhammad Arifin juga mengaku tidak mudah mengenakan pusaka asli kerajaan berupa mahkota Ketopong. 

"Saya sampai mandi peluh. Namun Alhamdulillah, saya bisa sampai berjam-jam mengenakannya selama penobatan," ceritanya.

Seorang kerabat sultan, mengakui tidak sembarang orang bisa memakai dan menyentuh Ketopong. 

"Sebab, ada sumpah dari sananya. Ada dimensi lain, auranya ada. Jadi tidak sembarangan orang bisa memakai. Alhamdulillah, ayahanda sultan tahan berjam-jam. Ini anugrah luar biasa," terangnya.

Mahkota asli ini pernah dikenakan oleh Sultan Aji Muhamad Sulaiman pada tahun 1845-1899. Terbuat dari emas dan batu permata dengan berat hampir 2 Kg. 

Ketopong ini berbentuk mahkota brunjungan dan bagian muka berbentuk meru bertingkat. Ketopong ini juga dihiasi dengan motif spiral yang dikombinasikan dengan motif sulur. 

Hiasan belakang pada ketopong berbentuk garuda mungkur yang berhiaskan motif bunga, kijang dan burung.

Ketopong yang asli ini tersimpan di Museum Nasional Jakarta. Sementara di Museum Mulawarman, Tenggarong, Kalimantan Timur, tersimpan duplikasi dari ketopong yang asli. 

Saat penabalan Sultan Aji Muhammad Arifin, juga mendiang ayahnya, mahkota Ketopong asli tersebut dipinjamkan Museum Nasional dan dibawa ke Tenggarong. (*)


Penulis: M.Huldi

Aura di Balik Pusaka Kesultanan Kutai Kartanegara Ing Martadipura, Sultan Mandi Peluh Kenakan Mahkota Ketopong

Selasa, 04/02/2020

Ketopong/Sultan Kutai Kartanegara ing Martadipura, Aji Muhammad Arifin ( Foto: Istimewa )

Berita Terkait


Tunggu sebentar ya. Kami sedang menyiapkannya untukmu.