Selasa, 20/04/2021

Sirine yang Mewarnai Hari-hari Masyarakat Tenggarong di Bulan Suci Ramadan, Ini Kisah Dibaliknya

Selasa, 20/04/2021

Menara sisi kanan Masjid Agung Sultan Sulaiman, tempat diletakkannya sirine yang dioperasikan oleh security masjid (heri/korankaltim.com)

Join Grup Telegram Koran Kaltim untuk mendapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari. Caranya klik link https://t.me/+SsC4jer3I5syZWU1 atau klik tombol dibawah ini.

Grup Telegram Koran Kaltim

kemudian join. Anda harus instal aplikasi Telegram terlebih dahulu di ponsel.

Berita Terkait

Sirine yang Mewarnai Hari-hari Masyarakat Tenggarong di Bulan Suci Ramadan, Ini Kisah Dibaliknya

Selasa, 20/04/2021

logo

Menara sisi kanan Masjid Agung Sultan Sulaiman, tempat diletakkannya sirine yang dioperasikan oleh security masjid (heri/korankaltim.com)

KORANKALTIM.COM, TENGGARONG – Masyarakat Kota Tenggarong  dan sekitarnya tentu sangat akrab dengan bunyi sirine yang selalu terdengar disaat waktu berbuka puasa dan saat memasuki waktu imsak selama bulan Ramadan.

Faktanya keberadaan sirine ini sudah berusia 30 tahun lebih dan di Ramadan 1442 Hijriyah tahun ini pun suaranya tetap dinantikan dan selalu menghiasi hari-hari bagi umat muslim saat menjalankan ibadah puasa.

“Waktu saya masih kecil sudah ada itu (sirine), Masjid ini saja tahun 92 diresmikan  dan sebelum itu sirine itu sudah ada. Sekitar tahun 90 itu sudah ada,” kata Humas Masjid Agung Sultan Sulaiman Tenggarong, Mulliansyah kepada korankaltim.com, Selasa (20/4/2021). 

Ustadz Mull, sapaan akrabnya, mengungkapkan sejarah keberadaan sirine dulunya ditempatkan di kawasan Gunung Pendidik belakang eks garasi Pemadam Kebakaran (PMK) yang kini sudah menjadi bangunan Gedung Dekranasda, Kelurahan Sukarame, Tenggarong.

“Dulu sirine itu di Gunung Pendidik dan memang aset Pemda yang dioperasionalkan oleh petugas yang bekerja di PDAM (Perumda Tirta Mahakam). Seiring berjalannya waktu dan pembangunan Masjid Agung masih berproses, tahun 1992 masjid diresmikan tapi belum ada menara dan posisi sirine masih di Gunung Pendidik diatas PMK,” ungkapnya.

Diperkirakan sirine yang berbunyi tiga kali setiap hari di bulan Ramadan yakni saat waktu berbuka, jam dua dini hari untuk menandakan saat sahur dan saat waktu imsak itu, resmi berpindah di Masjid Agung sekitar tahun 1995-1996.

“Begitu proses fasilitas masjid sudah jadi seperti sudah ada menara lengkap dengan fasilitas pagar, halaman, sirine itu langsung dipindahkan kesini, memang sejarahnya hanya difungsikan untuk di bulan puasa saja,” papar Ustadz Mull.

Meskipun sudah menghiasi dan menjadi bagian dari Masjid Agung Sultan Sulaiman, rupanya sirine ini tidak termasuk barang inventaris milik masjid. Hal ini diketahui setiap ada perawatan dan perbaikan, pengelola masjid tidak pernah dibebankan untuk perbaikan dan perawatannya.

“Kalau perbaikan itu yang teknisinya langsung yakni petugas yang bekerja di PDAM itu dari dulu hingga sekarang. Sampai sekarang pun tidak termasuk dalam barang inventaris masjid. Dulu sempat ada perbaikan itu juga bukan disini, jadi kami mengganggap itu barang titipan. Mungkin dulu dipindah kesini karena agak kesulitan untuk mengoperasikannya disana (atas gunung),” jelasnya.

Meskipun tidak ada dalam syariat islam keharusan adanya sirine, Mul menegaskan fungsi sirine ini ternyata sangat membantu bagi umat muslim. “Ya ini fungsinya sama seperti bedug ya, dengan jangkauan yang lebih luas. Dan semua kegiatan ibadah di Masjid termasuk bunyinya sirine ini tersiarkan secara live melalui radio IDC sehingga untuk kawasan yang tidak terdengar bisa menantikan melalui siaran radio,” tutup Ustadz Mull.


Penulis: Muhammad Heriansyah

Editor: Aspian Nur

Sirine yang Mewarnai Hari-hari Masyarakat Tenggarong di Bulan Suci Ramadan, Ini Kisah Dibaliknya

Selasa, 20/04/2021

Menara sisi kanan Masjid Agung Sultan Sulaiman, tempat diletakkannya sirine yang dioperasikan oleh security masjid (heri/korankaltim.com)

Berita Terkait


Tunggu sebentar ya. Kami sedang menyiapkannya untukmu.