Sabtu, 16/03/2019
Sabtu, 16/03/2019
Sabtu, 16/03/2019
KORANKALTIM.COM, SAMARINDA - Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) Samarinda menggelar Diskusi Kelompok Terpumpun (DKT) Kalimantan Timur Rumah Pancasila dengan tema yang diangkat tentang sikap toleransi dalam kebhinekaan.
"Jadi kegiatan kita bertujuan untuk menjaga toleransi di Kaltim, pada dasarnya GMKI hadir sejak 1950 yang tepat pada 9 Februari pada saat itu untuk menjawab seluruh problematika yang ada di negara Indonesia hingga saat ini, itulah sebabnya GMKI Samarinda fokus dengan tema yang diusung,"ucap Ketua GMKI Samarinda Ariantoh Arrwan pada (15/3) di Hotel Haris, Samarinda.
Ariantoh mengatakan sejak Pilgub di DKI Jakarta tahun lalu, isu keagamaan semakin gencar. Intoleransi terasa begitu kental hingga ke Kaltim. "Di awal tahun politik ini, isu-isu intoleran bisa berkembang. GMKI mengantisipasi dengan mengadakan kegiatan ini untuk meminimalisir isu intoleransi di Kota Samarinda," ujarnya.
Ariantoh menyampaikan sejauh ini belum pernah mengetahui perkembangan radikalisme secara spesifik. "Jadi, setelah kegiatan ini kami akan melakukan diskusi panel karena memang ideologi yang dianut GMKI adalah nasionalisme dan oikumenisme, karena kami selalu menjunjung tinggi nilai-nilai Pancasila dan keagamaan,"tuturnya.
Kedepannya, Ariantoh menambahkan akan melaksanakan kegiatan positif dalam mengembangkan kegiatan dalam memajukan negara ini, khususnya di Kaltim. "Targetnya, kita dari semua mahasiswa beserta tokoh pemuda bisa menjaga dan merawat nilai kebhinekaan sehingga intoleransi bisa diminimalisir sehingga Indonesia damai, adil dan sejahtera bisa kita rasakan bersama,"imbuhnya.
Asep Salahudin, mewakili Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) mengapresiasi
kegiatan ini. Kemajemukan dan heterogenitas baik etnik dan budaya menjadi modal sosial untuk menciptakan keberadaban publik, harmoni dan toleransi. "Pancasila sebagai ideologi kita telah memberikan kesempatan kepada kita untuk satu sama lain saling memanusiakan tentang bagaimana keberagaman dapat mengkokohkan semangat kita semua, seperti slogan kearifan kita, yakni Bhineka Tunggal Ika,"Ucap Asep.
Asep menyebut kegiatan tersebut sangat tepat dalam momentum politik saat ini. "Dalam konteks kebangsaan dan keindonesiaan mungkin kita juga harus belajar dari peristiwa kelam peristiwa musim semi Arab,"bebernya.
Menurut Asep, dalam musim semi Arab ada dua faktor utama, absen kesanggupan dalam mengelola media sosial secara benar karena kekerasan yang ada di media sosial dapat merembes kepada kekerasan fisik dan saling menistakan. Kedua, mereka tidak memiliki ideologi yang menjadi rumah bersama yang menaungi keberagaman itu. "Kita sesungguhnya sudah memiliki Pancasila yang menjadi kesepakatan bersama dan titik temu, maka Pancasila itu yang harus kita kuatkan dan harus kita sebarkan kepada generasi muda sehingga koko hdalam kebersamaan,"tutupnya. (advertorial)
Penulis : Ricardo
Editor : Muh.Huldi
Tunggu sebentar ya. Kami sedang menyiapkannya untukmu.