Jumat, 27/10/2017

Nelayan Pesisir Kesulitan Peroleh BBM

Jumat, 27/10/2017

ILUSTRASI

Join Grup Telegram Koran Kaltim untuk mendapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari. Caranya klik link https://t.me/+SsC4jer3I5syZWU1 atau klik tombol dibawah ini.

Grup Telegram Koran Kaltim

kemudian join. Anda harus instal aplikasi Telegram terlebih dahulu di ponsel.

Berita Terkait

Nelayan Pesisir Kesulitan Peroleh BBM

Jumat, 27/10/2017

logo

ILUSTRASI

TANA TIDUNG – Pasokan Bahan Bakar Minyak (BBM) terbilang masih minim khususnya di kawasan pesisir seperti di Desa Bebatu, Bandan Bikis, Menjelutung dan Sengkong yang ada di Kecamatan Sesayap Hilir. Sementara rata-rata masyarakatnya adalah nelayan yang sehari-harinya mencari ikan, udang di sungai dan tak jauh dari kebutuhan akan BBM untuk turun melaut.

Anggota DPRD, Sri Jahasaniah mengatakan bahwa, kegiatan menjadi nelayan sudah dilakukan selama berpuluh-puluh tahun lalu oleh masyarakat, sehingga kegiatan ini tidak dapat begitu saja dipisahkan dari mereka.

Pasokan BBM selama ini sepenuhnya kebutuhan seluruh masyarakat di Kabupaten Tana Tidung (KTT) hanya berasal dari satu-satunya Agen Penyalur Minyak dan Solar (APMS) di Desa Sebidai, tepatnya di Kecamatan Sesayap yang hanya bisa memenuhi kebutuhan masyarakat Kecamatan Sesayap, sebagian Sesayap Hilir, dan Muruk Rian.

“Sedangkan untuk Desa Bebatu baik Bebatu Kebun, Bebatu Supa termasuk desa sekitarnya, Menjelutung, Sengkong dan Bandan Bikis semuanya belum tercover dengan baik, kalaupun ada tersedia biasanya mereka akan mencari sendiri ke pangkalan-pangkalan yang ada di Kecamatan Sesayap ataupun sekaligus ke Tarakan, sementara untuk mendapatkan pasokan di luar kawasan sendiri membutuhkan biaya operasional yang tinggi, ini juga menjadi salah satu kendala nelayan dalam menjalankan aktivitas mereka sehari-harinya,” terangnya.

Menurutnya, keberadaan pangkalan BBM sangat sulit ditemui dan bilapun ada hanya di kawasan darat saja, kawasan pesisir sendiri untuk akses keluar masuknya memerlukan biaya tak sedikit untuk menyeberang dengan mengandalkan transportasi laut seperti speedboat yang melintas dari Pelabuhan Tideng Pale di Kecamatan Sesayap ataupun dari anjungan dermaga di Kecamatan Sesayap Hilir menuju Tarakan yang akan singgah ke kawasan pesisir pantai ini.

“Masyarakat sendiri khususnya nelayan sudah lama berharap adanya pangkalan resmi di pesisir sebab mereka yang terbiasa mencari kehidupan dari mencari ikan di laut ini tentunya membutuhkan BBM untuk menjalankan perahu-perahu mereka apalagi bila mereka melaut sampai jauh atau melebihi kawasan biasa mereka mencari ikan tentunya butuh BBM lebih besar lagi, kalau mereka justru mendapatkannya susah payah bagaimana mereka akan mendapatkan penghasilan lebih nantinya,” imbuhnya.

Disebutkannya, nelayan membutuhkan sekitar 20 liter sampai 40 liter sekali turun melaut khusus kawasan Sungai Sesayap saja akan tetapi bila melanjutkan ke kawasan yang lebih jauh lagi maka BBM yang disediakan pula lebih besar, keberadaan pangkalan resmi nantinya akan mengurangi beban nelayan yakni dengan mendapatkan BBM harga standar sehingga hasil melaut yang akan dijual nantinya akan seimbang dengan biaya operasional yang mereka keluarkan.

“Kita tahu penghasilan nelayan tidak menentu terkadang mereka dapat hasil satu kali turun melaut akan tetapi bisa juga tidak dapat sama sekali makanya dengan harga BBM dari pangkalan resmi tentu akan mengurangi beban nelayan itu sendiri, kita sendiri berharap ada pangkalan resmi yang bisa stand by menyiapkan kebutuhan mereka ini supaya aktivitas melaut para nelayan ini akan lancar kembali daripada harus menunggu BBM terpaksa ada saja nelayan yang tidak turun melaut, imbasnya hasil perikanan lokal juga berkurang, ini yang perlu dilakukan pembenahannya supaya imbas positifnya terlihat,” ujarnya. (ifa)

Nelayan Pesisir Kesulitan Peroleh BBM

Jumat, 27/10/2017

ILUSTRASI

Berita Terkait


Tunggu sebentar ya. Kami sedang menyiapkannya untukmu.