KORANKALTIM.COM, SAMARINDA – Politisi Partai Amanat Nasional (PAN) yang namanya kerap disebut dalam bursa bakal calon Bupati Kutai Kartanegara, Baharuddin Demmu menantang calon bupati dan semua tim pemenangan untuk tak melakukan politik uang di pesta demokrasi lima tahunan nanti.

Hal ini diungkap Demmu ketika ditanya mengenai keseriusan dirinya maju di Pemilihan Bupati (Pilbup) Kukar 2020 mendatang. “Saya harus nantang semua calon bupati Kukar untuk mengharamkan apa yang namamnya money politics. Nah, kalau saya harus begitu. Artinya tidak ada lagi calon pemimpin di Kukar yang masih memikirkan untuk bagi- bagi duit. Tapi biarkan rakyat memilih dengan ikhlas, dengan hati yang baik,” ujar Demmu kepada korankaltim.com beberapa waktu lalu.

Sebagai kader partai, Demmu mengaku dirinya menyerahkan sepenuhnya keputusan kepada mekanisme partai. Namun, ia mengaku jika harus memilih ia lebih akan fokus pada tugasnya di DPRD Kaltim. Begitu juga, ketika ia dikabarkan menemui H Ismit, Kepala Desa Bunga Jadi, Kecamatan Muara Kaman yang juga masuk bursa bakal calon bupati Kukar.

Ia tak menampik adanya pertemuan itu, namun ia mengatakan bahwa ia hadir dalam kapasitas sebagai Anggota Komisi III DPRD Kaltim. “Saya diundang hadir pada acara Rembuk Desa. Hari acara saya tidak bisa hadir, makanya besoknya saya ke sana,” sebut Demmu. 

Namun, ia mengakui bahwa Ismit sempat membicarakan terkait rencananya maju di Pilbup Kukar. Bahkan, ia mengaku Ismit sempat mengajaknya berduet. “Dia (H Ismit) memang punya keinginan itu (maju Pilbup Kukar). Bahkan, dia apakah bercanda atau tidak saya tidak tahu, tapi dia katakan bagaimana kalau kita sama-sama maju, tapi saya bilang saya mau ber-DPR saja. Tapi kalau diminta oleh rakyat ya saya siap,” ucap Demmu.

Ia menyebut, hambatan terberat figur seperti dirinya untuk maju dalam kontestasi lima tahunan ini adalah bagaimana mendapatkan suara rakyat tanpa politik uang. “Persoalan terberat kami ini kan (juga) rakyat. Kalau rakyat suka orang yang  tidak punya uang ya kami bisa, pilih lah kami,” kata Demmu.

Pasalnya, kata dia sudah menjadi rahasia umum bahwa penggunaan politik transaksional adalah cara yang kerap ditempuh. “Para calon pemimpin Kukar, jangan lagi ada yang punya pikiran bagi duit, karena kalau nda bagi duit kan enak kerja. Tidak ada beban. Yang dipikirkan hanya rakyat,” pungkasnya. (*)

Penulis: */Rusdianto

Editor: Aspian Nur