SAMARINDA – Pria berinisial AF (32) ini wajar kesal. Bagaimana tidak, ketika birahinya sedang memuncak, wanita Pekerja Seks Komersial (PSK) yang sedang dia kencani, malah meminta untuk berhenti bercinta. Padahal, AF sudah membayar Rp 75 ribu untuk meniduri PSK itu. Kecewa, AF pun mengambil kembali uang yang sudah dia berikan kepada sang PSK, dan langsung melarikan diri. 

Kaburnya AF, membuatnya harus berurusan dengan aparat penegak hukum, karena korban melapor ke kantor polisi atas tuduhan penjambretan. 

Ditemui di kantor polisi, AF yang mengaku kesehariannya bekerja sebagai penggali kubur itu mengaku bertemu dengan perempuan yang dia kencani itu di kawasan Citra Niaga Samarinda, Senin (5/2) dini hari.

“Dia minta bayaran Rp150 ribu, tapi saya tawar jadi Rp75 ribu. Saya juga berikan handphone saya sebagai jaminan,” kata dia, kemarin. 

Nah, usai harga di sepakati, AF kemudian ikut ke kamar kos perempuan itu di kawasan Jalan Pangeran Hidayatullah, untuk melakukan hubungan layaknya suami isteri. 

Namun, wanita yang sedang dia tiduri tiba-tiba meminta untuk berhenti dan minta pergi. “Baru juga mulai sekitar lima menit, dia sudah minta berhenti. Saya tidak terima,” aku AF.

Merasa dirugikan, pria yang mengaku duda itu pun merebut dompet korban ketika mereka sama-sama meninggalkan kamar kos. Sial bagi pria berkulit sawo matang itu, dia langsung diteriaki jambret oleh korban. “Kebetulan saat itu sedang ada polisi, melintas menggunakan mobil. Saya langsung dikejar,” lanjutnya.

Tidak ingin tertangkap, AF langsung tancap gas menghindari kejaran petugas. Namun upayanya itu sia-sia, hingga akhirnya dia diamankan di Jalan Gajah Mada, tepanya di depan kantor Gubernur Jalan Gadjah Mada. “Nah, tas yang saya ambil itu terjatuh di jalanan,” urainya.

Saat ini, AF diamankan di Polresta Samarinda. “Intinya pelaku ini kesal karena hanya main sebentar dengan perempuan itu. Jadi dia ingin uangnya kembali. Beruntung saat itu ada polisi yang melintas jadi pelaku langsung dikejar,” kata Kanit Jatanras Sat Reskrim Polresta Samarinda, Ipda Noval Forestiawan. (dor)