Sabtu, 03/11/2018

Esensi Sebuah Agama

Sabtu, 03/11/2018

Join Grup Telegram Koran Kaltim untuk mendapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari. Caranya klik link https://t.me/+SsC4jer3I5syZWU1 atau klik tombol dibawah ini.

Grup Telegram Koran Kaltim

kemudian join. Anda harus instal aplikasi Telegram terlebih dahulu di ponsel.

Esensi Sebuah Agama

Sabtu, 03/11/2018

logo

Oleh: DR. mukhamad ilyasin


MELIHAT kondisi dan cara beragama masyarakat yang beragam, saya tertarik menuangkan isi pikiran tentang esensi agama. Ya, agama di sini tentu lebih spesifik mengarah pada Agama Islam meskipun mungkin pada tulisan ini akan sedikit menyinggung agama lain.

Tindakan ekstrem dan perilaku menyimpang awalnya disadari oleh para pelaku, kemudian ada dalil yang dijadikan sebagai alasan pembenaran atau justifikasi atas aksinya, sehingga hal ini menjadi motivasi dan inspirasi bagi mereka melakukan tindakan yang menyimpang dari agama.

Perilaku menyimpang yang mengatasnamakan dalil-dalil agama ini harus bisa diredam dengan mengedepankan paham-paham yang moderat. Sikap toleran dan moderat yang telah dicontohkan oleh para pendahulu, pendiri bangsa Indonesia.

Tantangan kita semua saat ini memang paham-paham radikal yang melihat suatu persoalan itu hitam atau putih. Saya benar dan yang lain salah semua. Saya lebih berpandangan bahwa beragama itu seperti punya pasangan. Kita boleh mengatakan pasangan kita itu yang paling cantik, tetapi tidak bisa kita katakan yang lain jelek semua.

Mewujudkan toleransi antar umat beragama di Indonesia setidaknya ada beberapa sikap dan tindakan yang perlu bersama-sama kita laksanakan. Pertama, mengembangkan sikap saling menghargai dan menerima adanya perbedaan. Kedua, menghormati kesetaraan antara pemeluk agama satu dengan yang lainnya dan memahami bahwa semua memiliki hak dan kewajiban yang sama sebagai warga negara. Ketiga, sesama warga negara harus mempunyai keinginan saling melindungi dan menjaga dengan tidak memandang agama yang dianut. Agama mayoritas tidak boleh semena-mena terhadap minoritas. Begitupun sebaliknya sehingga akan terwujud sikap saling tolong menolong, kerjasama dan gotong royong yang tulus untuk membangun demi kemajuan bangsa dan negara Indonesia tercinta. 

Keempat, dalam kehidupan berpolitik hendaknya elit politik tidak memanfaatkan isu agama untuk kepentingan kelompoknya, berikanlah program-program membangun yang dapat diterima oleh masyarakat.


Agama Itu Menyatukan  Perbedaan dan Keragaman

Tugas kita hakekatnya adalah bagaimana hidup di tengah- tengah perbedaan dan keragaman (plural) oleh sebab itu agama hadir menurut hemat saya adalah seperangkat kepercayaan kepada Tuhan sebagai penguasa dunia beserta isinya. Kepercayaan tersebut ‘sepaket’ dengan ibadah dan tuntunan menjalani hidup dengan baik. Namun sayangnya, masih banyak diantara kita yang belum memahami hakikat utama dari agama, yakni kebaikan.

Maka tidak heran jika kemudian kita masih saja menjumpai orang-orang yang merasa menjalankan perintah agama namun dengan cara-cara yang menyakiti sesama.Terorisme dan radikalisme merupakan contoh tentang agama yang hanya diartikan sebagai legitimasi untuk peperangan dan permusuhan.

Perbedaan agama kerap digunakan sebagai alasan utama terhadap pembantaian dan pemusnahan yang seolah tidak penah ada akhirnya. Para teroris dan radikalis-ekstrimis percaya bahwa menghabisi orang lain yang berbeda agama adalah bagian dari usaha untuk menegakkan agama serta amar ma’ruf nahi munkar. Padahal Alquran telah menegaskan tidak ada paksaan dalam beragama. Islam sangat menentang segala bentuk kekerasan, karena kekerasan tidak dapat menghasilkan kebahagiaan. Sementara Islam adalah agama yang diturunkan untuk menjadi rahmat bagi semesta alam QS: Al Anbiya: 107.

Islam adalah agama yang penuh dengan cinta kasih, ramah, tidak marah; damai tidak bertikai. Hal ini mempertegas semangat utama agama, yakni menciptakan kedamaian dan kerukunan di atas seluruh perbedaan yang ada. Konflik antar agama bermula dari ketidakharmonisan yang dilandasi oleh dorongan  menganggap kepercayaan lain sebagai obyek untuk disalahkan dan direndahkan.


Kampus Menolak Kekerasan dan Anarkisme

Yang saya lihat kasus kekerasan bernapaskan agama itu adalah kurang dalam mengajarkan nilai Islam yang toleran, progressif dan damai. Sehingga kelompok kecil yang keras, anarkis dan radikal menguasai ruang publik, media dan bahkan masjid-masjid di kantor pemerintahan dan BUMN, kemudian lemahnya ideologisasi Pancasila di tengah masyarakat, kampus dan program-program kementerian.

Bila kedua hal itu diabaikan maka jangan heran bila tindakan intoleransi dan anarkisme akan muncul dan mewabah.

Kita perlu bukti bahwa semua aparat pemerintahan dan warga bangsa Indonesia memang menjunjung tinggi Pancasila dan tidak hanya sekadar slogan. Semua elemen harus bersatu, demi terciptanya kesatuan dan perdamaian NKRI yang hakiki. Oleh sebab itu saya selaku pimpinan (Rektor) mengajak kepada seluruh masyarakat kampus dan jajaranya untuk menolak gerakan yang mempolitisi agama. Seperti, gerakan pembakaran terhadap kalimat tauhid utamanya pada tahun politik ini.


* Penulis adalah Rektor IAIN Samarinda

Esensi Sebuah Agama

Sabtu, 03/11/2018

Berita Terkait


Tunggu sebentar ya. Kami sedang menyiapkannya untukmu.