Rabu, 15/05/2019
Rabu, 15/05/2019
Ilustrasi
Rabu, 15/05/2019
Ilustrasi
KORANKALTIM.COM - Ada pria yang tidak cukup pede dengan bentuk dan ukuran penisnya. Tak jarang akhirnya mengikuti ragam prosedur alat pembesar kelamin pria yang tersedia.
Alih-alih menjadi besar. Teranyar, peneliti justru menyebut langkah itu tidak efektif dan membawa serombongan risiko diantaranya disfungsi ereksi, mati rasa permanen, kelainan bentuk penis dan bisa menjadi pendek.
Seperti dikutip dari cnnindonesia.com, para ahli urologi di King's College beserta peneliti di Institute of Psychiatry, Psychology, and Neuroscience telah meninjau 17 studi dengan data dari sebanyak 1.192 pria yang telah melakukan prosedur, baik bedah maupun nonbedah, untuk memperbesar alat kelamin mereka.
Prosedur nonbedah termasuk suntik dan vakum. Sedangkan intervensi bedah seperti sayatan pada ligamen, cangkok jaringan, dan pembongkaran penis.
"Secara keseluruhan hasil prosedur sangat kurang, dengan tingkat kepuasan rendah dan tinggi risiko komplikasi," tulis peneliti disadur dari The Independent.
Peneliti menyarankan para pria untuk melakukan konseling terstruktur. Kalau pun ingin injeksi atau suntik, maka jadikanlah sebagai pilihan terakhir.
Prosedur pembesaran penis juga membutuhkan biaya tak sedikit. Dalam sekali prosedur, pasien di Inggris harus merogoh kocek setidaknya 40 ribu poundsterling atau sekitar Rp748,5 juta.
Mereka yang menjalani prosedur kerap mendapatkan diagnosis penile dysmorphia yakni kerap merasa memiliki ukuran kelamin yang kecil, padahal penisnya berukuran normal. (*)
Tunggu sebentar ya. Kami sedang menyiapkannya untukmu.