Jumat, 26/10/2018

Ani Ka’bo Masuk Catatan Rekor Muri

Jumat, 26/10/2018

SERAHKAN PIAGAM : Perwakilan Muri Yusuf Ngadri didampingi Bupati Malinau Yansen TP saat menyerahkan piagam muri kepada Ketua Persatuan Masyarakat Dayak Sa’Ban atas Muri kalung manik-manik terbesar. ( sulaiman / korankaltara )

Join Grup Telegram Koran Kaltim untuk mendapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari. Caranya klik link https://t.me/+SsC4jer3I5syZWU1 atau klik tombol dibawah ini.

Grup Telegram Koran Kaltim

kemudian join. Anda harus instal aplikasi Telegram terlebih dahulu di ponsel.

Ani Ka’bo Masuk Catatan Rekor Muri

Jumat, 26/10/2018

logo

SERAHKAN PIAGAM : Perwakilan Muri Yusuf Ngadri didampingi Bupati Malinau Yansen TP saat menyerahkan piagam muri kepada Ketua Persatuan Masyarakat Dayak Sa’Ban atas Muri kalung manik-manik terbesar. ( sulaiman / korankaltara )

MALINAU – Masyarakat persatuan Dayak Sa’Ban meraih penghargaan dari Museum Rekor Dunia Indonesia (Muri) untuk kategori Ani Ka’bo (kalung manik-manik) terbesar.

Perwakilan Muri Yusuf Ngadri menjelaskan, pihaknya mencatat Ani Ka’bo terbesar itu dikarenakan memiliki nilai dalam bentuk kesakralan atau kemagisan yang menjadi bagian ciri khas Dayak Sa’ban tersebut. “Jadi Ani Ka’bo atau kalung manik-manik ini sering dipergunakan dalam upacara adat-adat dan sekarang masih digunakan,” ungkap Yusuf, kepada Koran Kaltara, Kamis (25/10) siang. 

Tak hanya dalam upacara adat saja, menurut dia, kalung manik-manik tersebut kini berkembang di era modernisasi ini. Apalagi memiliki nilai estetika dan seni yang menjadi peminat kalangan wisatawan. “Apalagi kalung manik-manik atau disebut Ani Ka’bo dari masyarakat Dayak Sa’ban ini sudah menjadi souvenir bagi para pengunjung. Ditambah maraknya pariwisata,” jelasnya. 

Meski menjadi souvenir, Ia berharap dari segi pembuatan manik atau tradisi tersebut jangan sampai tergerus atau termakan jaman dengan menghilangkan rasa seni. “Jadikan kalung manik sebagai sebuah benda yang memiliki nilai-nilai untuk digunakan apa adanya. Apalagi nilai-nilai itu sudah diwariskan oleh para leluhur terutama masyarakat adat Dayak Sa’ban,” ungkapnya. 

Namun jika memiliki nilai ekonomis, diakuinya, tentu sah-sah saja. “Karena ini adalah bagian untuk memuliakan warisan budaya bagi para pengrajin yang ada di masyarakat dayak sa’ban. Salah satunya bagian dari identitas budaya itu sendiri,” terangnya. 

Ketua Persatuan Masyarakat Dayak Sa’Ban Malinau, Jhonson Pawang mengungkapkan Ani Ka’bo merupakan bagian ciri khas yang dimiliki oleh warganya. “Yang mana memiliki arti untuk mempersatukan dan memperkuat tali persaudaraan di manapun warga Sa’ban berada” ucapnya. 

Bahkan dalam kalung manik tersebut, kata dia, memiliki filosofi dalam bahasa dayaknya yaitu Si Sawal, Si Hnau, Si Lawai Aro Luen Tam Mluen. “Artinya itu sehati, sepikiran, satu tujuan untuk mencapai kehidupan yang lebih baik,” katanya. 

Sementara Bupati Malinau Yansen TP mengatakan bahwa pagelaran seni dan budaya yang telah ditampilkan oleh komunitas masyarakat sa’ban merupakan bagian kekayaan bidaya yang ada di bumi intimung ini. “Momen Irau ini adalah bagaimana kita memahami setiap budaya yang ada. Tentu kita juga harus berbangga memiliki keberagaman budaya itu,” ungkapnya. 

Ia berharap masyarakat dayak Sa’ban maupun masyarakat yang ada di Malinau agar terus menerus melestarikan budayanya. (man218)

Ani Ka’bo Masuk Catatan Rekor Muri

Jumat, 26/10/2018

SERAHKAN PIAGAM : Perwakilan Muri Yusuf Ngadri didampingi Bupati Malinau Yansen TP saat menyerahkan piagam muri kepada Ketua Persatuan Masyarakat Dayak Sa’Ban atas Muri kalung manik-manik terbesar. ( sulaiman / korankaltara )

Berita Terkait


Tunggu sebentar ya. Kami sedang menyiapkannya untukmu.