Kamis, 15/11/2018

Merpati Terbang Lagi, Fokus di Kelas Mana?

Kamis, 15/11/2018

Pesawat merpati / sumber foto : google

Join Grup Telegram Koran Kaltim untuk mendapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari. Caranya klik link https://t.me/+SsC4jer3I5syZWU1 atau klik tombol dibawah ini.

Grup Telegram Koran Kaltim

kemudian join. Anda harus instal aplikasi Telegram terlebih dahulu di ponsel.

Berita Terkait

Merpati Terbang Lagi, Fokus di Kelas Mana?

Kamis, 15/11/2018

logo

Pesawat merpati / sumber foto : google

KORANKALTIM.COM - Merpati Nusantara Airline mengaku siap terbang lagi 2019. Namun, diperkirakan misi ambisiusnya itu tak akan mudah dijalankan. Mengapa demikian? Pengamat penerbangan Alvin Lie mengatakan banyak tantangan yang menanti Merpati. Sebagai perusahaan baru, Merpati harus memiliki fokus bisnisnya apakah akan bergerak di kelas Low Cost Carrier (LCC), premium class atau pesawat penerbangan perintis.

Dikatakan Alvin, dalam lima tahun terakhir industri maskapai dihadapkan pada situasi yang sulit. Mulai dari meningkatnya harga avtur hingga kurs dolar Amerika Serikat (AS) yang terus menguat.

"Coba perhatikan 5 tahun akhir industri penerbangan di Indonesia tidak ada pemain baru. Bahkan pemain lama berguguran atau konsolidasi. Misalnya Sriwijaya saja kode share dengan Garuda Indonesia. Industri penerbangan saat ini sudah mencapai tahap dewasa," kata Alvin seperti dikutip dari liputan6.com Kamis (15/11) pagi tadi

Bahkan, dia memperkirakan ke depan hanya ada dua maskapai sebagai pemain besar di dalam negeri yaitu Garuda Indonesia dan Lion Air. Sementara maskapai lainnya akan dipaksa situasi untuk konsolidasi.

Tidak hanya itu, tantangan lain yang harus dihadapi Merpati persoalan Sumber Daya Manusia (SDM). Merpati berencana menggunakan pesawat buatan perusahaan Rusia, jenis MC-21.

"Kemudian, dia bilang mau menggunakan pesawat Rusia. Pesawat Rusia ini kan daya tariknya rendah. Kan menyangkut kemantapan pengguna jasa. Pesawat Rusia saat ini track record safety-nya tidak bagus. Kita lihat airline Rusia menggunakan Airbus dan Boeing," tambah Alvien.

"Belum lagi kalau pakai pesawat buatan Rusia pilotnya mau dari mana. Kita itu tidak punya pilot dengan pesawat itu, juga SDM maintenance-nya. Makanya saya tidak yakin," Alvin melanjutkan.

Untuk itu, sampai saat ini pihaknya masih belum bisa memahami apa keuntungan bagi investor kembali menghidupkan kembali Merpati. "Dengan dana Rp 6,4 triliun logikanya mending buat perusahaan baru, tidak ada resiko hukum, tidak ada tanggungan kewajiban, dan sebagainya," pungkas Alvien. (*)

Merpati Terbang Lagi, Fokus di Kelas Mana?

Kamis, 15/11/2018

Pesawat merpati / sumber foto : google

Berita Terkait


Tunggu sebentar ya. Kami sedang menyiapkannya untukmu.