KROANKALTIM.COM, TARAKAN – Menjelang angkutan Lebaran 2019 yang dimulai akhir Mei mendatang, Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Kelas III Tarakan mulai melakukan inspeksi mendadak (sidak) terhadap alat keselamatan berlayar speedboat angkutan umum regular. Hal ini dilakukan untuk menjamin kenyamanan dan keselamatan pengguna angkutan laut, khususnya speedboat regular.

Dijelaskan Kepala Seksi Keselamatan Berlayar, Penjagaan, dan Patroli KSOP Kelas III Tarakan, Syaharuddin kegiatan ini akan dilakukan selama dua hari, Kamis dan Jumat di Pelabuhan Tengkayu I.

“Kita harapkan sebelum bulan puasa kegiatan ini sudah selesai, dan bila dalam kegiatan ini menemukan ada hal-hal yang tidak terpenuhi sesuai prosedur keselamatan berlayar akan kita instruksikan untuk melakukan perbaikan jika ada kerusakan, dan pergantian alat keselamatan yang sudah tidak layak, terutama pelampung,” terangnya, Kamis (2/5).

Selain itu, alat komunikasi berupa radio juga wajib tersedia di speedboat, hal ini untuk mengantisipasi saat terjadi cuaca buruk dan sinyak telepon seluler tidak berfungsi. Sehingga nakhoda bisa menggunakan untuk melakukan komunikasi.

“Kita tidak bisa langsung melarang berangkat, tetapi kita beri kesempatan untuk melakukan perbaikan atau melakukan pergantian. Tetapi saat jumlah penumpang sudah membludak akan dilakukan tindakan tegas, hingga larangan berlayar jika alat keselamatan berlayar terabaikan,” tegas Syaharuddin.

Bahkan hidrolik kemudi juga tak luput dari pemeriksaan, jika ada yang tidak beres akan langsung dilakukan rekomendasi perbaikan karena kemudi menjadi sangat vital. Jika terjadi keselahatan bisa berakibat fatal.

“Semua kita periksa, semua tim turun bersama KSOP. Sedangkan tim yang turun kali ini merupakan pejabat pemeriksa keselamatan kapal dan petugas pengawas lapangan, nanti kita juga akan melakukan kerja sama dengan Dinas Perhubungan Provinsi Kaltara, Badan Narkotika Nasional, Kesehatan Pelabuhan, dan instansi terkait lainya,” bebernya.

“Tahun ini kami prediksikan akan terjadi kenaikan jumlah penumpang untuk angkutan laut dan sungai sebesar 5 persen, hal ini dikarenakan tingginya harga tiket pesawat terbang sehingga beralih menggunakan angkutan laut dan sungai. Belum lagi pembatasan jumlah bagasi yang terbatas,” pungkas Syaharuddin. (yan)