Sabtu, 23/09/2017

RUU Kekerasan Seksual Dibahas

Sabtu, 23/09/2017

Join Grup Telegram Koran Kaltim untuk mendapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari. Caranya klik link https://t.me/+SsC4jer3I5syZWU1 atau klik tombol dibawah ini.

Grup Telegram Koran Kaltim

kemudian join. Anda harus instal aplikasi Telegram terlebih dahulu di ponsel.

Berita Terkait

RUU Kekerasan Seksual Dibahas

Sabtu, 23/09/2017

JAKARTA - Pemerintah melalui Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Yohana Yembise sepakat membahas Rancangan Undang Undang tentang Penghapusan Kekerasan Seksual (RUU PKS) yang diinisiasi oleh DPR RI dalam Rapat Komisi VIII DPR. 

Dalam dengar pendapat dan pandangan pemerintah tentang RUU PKS yang disampaikan Menteri PPPA, awal pekan ini, pemerintah setuju dengan DPR yang mengusulkan RUU PKS, walaupun pemerintah memiliki beberapa perbedaan pendapat.

Menteri PPPA Yohana Yembise menyatakan, terdapat perbedaan pendapat antara pemerintah dengan DPR dalam pembahasan RUU PKS. Pertama, dari 152 pasal RUU yang diusulkan oleh DPR, menurut pemerintah hanya diatur dalam 50 pasal. Sebab, materi yang bersifat teknis akan diatur dalam Peraturan Presiden tentang Kebijakan Nasional Pencegahan Kekerasan Seksual dan beberapa pasal harus dihapus karena sudah diatur dalam peraturan perundang-undangan.

Kedua, lanjut Yohana, kekerasan seksual tidak hanya terjadi pada perempuan dan anak, namun dapat terjadi pada orang dewasa laki-laki, seperti kekerasan seksual menyimpang. Ketiga, pemerintah tidak ingin membentuk lembaga baru di daerah dengan membentuk pusat pelayanan terpadu karena ingin mengurangi pembentukan lembaga di daerah. Terakhir, perlunya pemahaman bersama jika kekerasan seksual dapat terjadi di mana saja, kapan saja, dan siapa saja.

“Oleh karena itu, upaya pencegahannya tidak perlu dibatasi pada bidang tertentu, seperti bidang pendidikan, infrastruktur, pelayanan publik dan tata ruang, pemerintahan, dan tata kelola kelembagaan, ekonomi, sosial, dan budaya,” jelas Yohana, Jumat (22/9).

Sebelumnya, Komisi VIII DPR yang diwakili oleh Ketua Komisi VIII M Ali Taher menyampaikan pandangannya terkait RUU PKS diharapkan dapat menjawab persoalan yuridis dan menjadi payung hukum yang mampu memberikan kejelasan dan kepastian hukum. Sebab, peraturan perundang-undangan yang sudah ada dirasakan belum sepenuhnya mampu merespon fakta kasus kekerasan seksual.

Adapun Yohana berharap, dengan adanya RUU PKS, kekerasan seksual dapat berkurang dan dapat menimbulkan efek jera bagi pelaku. Selain itu, korban juga mendapatkan perlindungan dalam bentuk pemenuhan hak-haknya, seperti layanan yang dibutuhkan termasuk diberi kesempatan untuk penggantian identitas, diakui status kelahirannya, perlindungan dari kehilangan pekerjaan, mutasi pekerjaan atau akses politik, perlindungan dari tuntutan pidana atau gugatan perdata atas persitiwa kekerasan seksual yang dilaporkan, dan mendapatkan pengasuhan. (rol)


RUU Kekerasan Seksual Dibahas

Sabtu, 23/09/2017

Berita Terkait


RUU Kekerasan Seksual Dibahas

JAKARTA - Pemerintah melalui Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Yohana Yembise sepakat membahas Rancangan Undang Undang tentang Penghapusan Kekerasan Seksual (RUU PKS) yang diinisiasi oleh DPR RI dalam Rapat Komisi VIII DPR. 

Dalam dengar pendapat dan pandangan pemerintah tentang RUU PKS yang disampaikan Menteri PPPA, awal pekan ini, pemerintah setuju dengan DPR yang mengusulkan RUU PKS, walaupun pemerintah memiliki beberapa perbedaan pendapat.

Menteri PPPA Yohana Yembise menyatakan, terdapat perbedaan pendapat antara pemerintah dengan DPR dalam pembahasan RUU PKS. Pertama, dari 152 pasal RUU yang diusulkan oleh DPR, menurut pemerintah hanya diatur dalam 50 pasal. Sebab, materi yang bersifat teknis akan diatur dalam Peraturan Presiden tentang Kebijakan Nasional Pencegahan Kekerasan Seksual dan beberapa pasal harus dihapus karena sudah diatur dalam peraturan perundang-undangan.

Kedua, lanjut Yohana, kekerasan seksual tidak hanya terjadi pada perempuan dan anak, namun dapat terjadi pada orang dewasa laki-laki, seperti kekerasan seksual menyimpang. Ketiga, pemerintah tidak ingin membentuk lembaga baru di daerah dengan membentuk pusat pelayanan terpadu karena ingin mengurangi pembentukan lembaga di daerah. Terakhir, perlunya pemahaman bersama jika kekerasan seksual dapat terjadi di mana saja, kapan saja, dan siapa saja.

“Oleh karena itu, upaya pencegahannya tidak perlu dibatasi pada bidang tertentu, seperti bidang pendidikan, infrastruktur, pelayanan publik dan tata ruang, pemerintahan, dan tata kelola kelembagaan, ekonomi, sosial, dan budaya,” jelas Yohana, Jumat (22/9).

Sebelumnya, Komisi VIII DPR yang diwakili oleh Ketua Komisi VIII M Ali Taher menyampaikan pandangannya terkait RUU PKS diharapkan dapat menjawab persoalan yuridis dan menjadi payung hukum yang mampu memberikan kejelasan dan kepastian hukum. Sebab, peraturan perundang-undangan yang sudah ada dirasakan belum sepenuhnya mampu merespon fakta kasus kekerasan seksual.

Adapun Yohana berharap, dengan adanya RUU PKS, kekerasan seksual dapat berkurang dan dapat menimbulkan efek jera bagi pelaku. Selain itu, korban juga mendapatkan perlindungan dalam bentuk pemenuhan hak-haknya, seperti layanan yang dibutuhkan termasuk diberi kesempatan untuk penggantian identitas, diakui status kelahirannya, perlindungan dari kehilangan pekerjaan, mutasi pekerjaan atau akses politik, perlindungan dari tuntutan pidana atau gugatan perdata atas persitiwa kekerasan seksual yang dilaporkan, dan mendapatkan pengasuhan. (rol)


 

Berita Terkait

Calhaj Kloter Pertama Asal Balikpapan Berangkat 14 Mei 2024, Kemenag Kaltim Pastikan Tak Ada Kendala

Polisi akan Panggil Pemilik IUP Terkait Kematian Kakak-Beradik di Lubang Tambang Jalan Flamboyan Loa Buah Siang Kemarin

Kurangi Jukir Liar di Samarinda, Wali Kota Dukung Diberlakukannya Kartu Parkir Berlangganan

KPU Kukar Sosialisasikan Persyaratan Dukungan Pencalonan Perseorangan

Mobil Boks Tabrak Motor di Bengalon yang Dikendarai Anak-Anak Hingga Meninggal Dunia

SK Larangan Usaha Pertamini dan BBM Eceran Keluar, Pemilik Usaha Diminta Habiskan Stok Tanpa Dijual

IRT Pengedar Narkoba di Balikpapan Diringkus Polisi, 67 Paket Sabu Disita

Monumen Taman Tuah Himba di Tenggarong Tergenang Air Cukup Tinggi, BPBD Kukar Kerahkan Anggota

Tiga Kapal Perang Angkut Kontingen Latsitarda Nusantara ke Kaltim, Ini Pesan Pj Gubernur ke Taruna dan Taruni

Sejumlah Bacalon Kepala Daerah di Kaltim Taaruf Bersama Gus Muhaimin

Tidak Ada Proses PHPU, KPU Kaltim Tetapkan Perolehan Kursi Partai Politik Peserta Pemilu Hari Ini

Singgung Program Merdeka Belajar di Hardiknas, Pj Gubernur Kaltim: Tidak Usah Lagi Ganti Kurikulum

Kejar Target Upacara Kemerdekaan di IKN, Infrastruktur Kelistrikan Dikebut

Nasib Ribuan THL di Kukar Disorot, DPRD Minta Pemkab Tindaklanjuti karena Belum Terlaporkan di LKPj 2023

Ada Tembakan Gas Air Mata, Peringatan Hari Buruh di Balikpapan Berakhir Ricuh, Tiga Mahasiswa Mengalami Tindakan Refresif

Kesbangpol Kaltim Siapkan Anggaran di APBD Perubahan Jelang Pilkada Serentak

Terdengar Suara Benturan Keras, Remaja Tewas Usai Tabrak Truk Tangki Berhenti di Pinggir Jalan

Tahun Ini, PPDB SMA/SMK di Samarinda Akan Dibuka Mulai Juni

Copyright © 2024 - Korankaltim.com

Tunggu sebentar ya. Kami sedang menyiapkannya untukmu.