Rabu, 27/02/2019
Rabu, 27/02/2019
Jafar Haruna
Rabu, 27/02/2019
Jafar Haruna
KORANKALTIM.COM, SAMARINDA - Alih fungsi lahan menjadi kawasan pertambangan dan perkebunan membuat lahan pertanian semakin jauh berkurang. Tak hanya itu, persoalan pertanian juga dipengaruhi oleh cuaca yang tak menentu serta sarana dan prasarana pertanian yang kurang maksimal.
Bagi daerah perkotaan, bidang pertanian sangat sulit dikembangkan karena keterbatasan lahan seiring terus meningkatnya jumlah penduduk. Sehingga dibutuhkan pengembangan infrastruktur yang memadai.
Merujuk kepada data Dinas Lingkungan Hidup Kaltim, dari seluruh kabupaten/kota di Bumi Etam terdapat tiga daerah yang sangat sulit melakukan pengembangan pertanian yakni Samarinda, Balikpapan dan Bontang.
Menanggapi hal itu, anggota DPRD Kaltim Jafar Haruna menuturkan, sudah saatnya Kaltim melakukan perubahan strategi pengelolaan lahan yang disesuaikan dengan perkembangan masalah di setiap daerah.
Stategi yang dimaksud adalah sistem agroforestri modern yang bila konsisten diterapkan dan didukung oleh sarana dan prasarana yang maksimal, maka akan mencapai target swasembada pangan.
"Bagi daerah yang minim daerah pertanian atau lahan tidurnya, maka bisa menggunakan penerapan infrastruktur pekarangan perkotaan untuk mendukung ketahanan pangan, pengembangan kota sesuai jasa dan komoditas unggulan," tuturnya, Rabu (27/2/2019).
Intinya, sistem tersebut diharapkan mampu meminimlisir impor bahan pangan utama yakni beras dengan cara memaksimalkan potensi yang ada di setiap daerah. Bahkan bukan tak mungkin mengembangkan potensi hasil pertanian lain yang menjadi ciri khas suatu daerah.
Untuk diketahui, agroforestri merupakan sistem multifungsi lanskap yaitu sebagai sumber pendapatan petani, perlindungan tanah dan air di sekitarnya, perlindungan terhadap keanekaragaman hayati, pengendalian emisi karbon, dan mempertahankan nilai estetika lanskap. (adv/*2)
Tunggu sebentar ya. Kami sedang menyiapkannya untukmu.