Kamis, 26/03/2020

Pengantin Baru tapi Harus Dikarantina, Kisah Petugas Medis Tangani Pasien Corona di Kukar

Kamis, 26/03/2020

Benny Wijaya menggunakan APD lengkap (foto: istimewa)

Join Grup Telegram Koran Kaltim untuk mendapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari. Caranya klik link https://t.me/+SsC4jer3I5syZWU1 atau klik tombol dibawah ini.

Grup Telegram Koran Kaltim

kemudian join. Anda harus instal aplikasi Telegram terlebih dahulu di ponsel.

Berita Terkait

Pengantin Baru tapi Harus Dikarantina, Kisah Petugas Medis Tangani Pasien Corona di Kukar

Kamis, 26/03/2020

logo

Benny Wijaya menggunakan APD lengkap (foto: istimewa)

KORANKALTIM.COM, TENGGARONG - Petugas medis berada di garis terdepan dalam penanganan medis terhadap pasien positif Covid-19 alias virus corona. 

Mereka mencurahkan waktu, tenaga, bahkan bertaruh nyawa dengan resiko bisa terpapar langsung virus yang mematikan tersebut.

Karena itu, petugas medis harus menggunakan alat pelindung diri (APD). Di Indonesia, sudah ada beberapa dokter yang terjangkit hingga wafat.

Seorang petugas medis yang menangani pasien Covid-19 di RSUD AM Parikesit Tenggarong Seberang, Kutai Kartanegara, berbagi kisah bagaimana dia dan rekan-rekannya menjalani tugas beresiko ini.

Namanya Benny Wijaya. Benny, sebelumnya bertugas di UGD dan kemudian bergabung dalam tim penanganan pasien positif Corona sekitar awal Maret lalu. 

Dia menceritakan anggota timnya yang tergolong unik. Semuanya masih berusia muda. Bahkan, ada yang pengantin baru. 

Benny menceritakan, tim harus memelototi setiap instruksi dalam standar operasional prosedur (SOP) penanganan pasien positif. 

Namun, bukan berarti tak ada kendala. Satu pasien positif saja sudah cukup membuat tim ini kewalahan. Ditambah lagi jumlah APD yang juga terbatas. "Tapi untuk sementara ini, APD masih cukup," kata Benny.

Jika dihitung-hitung, sudah sekitar dua pekan ini mereka tidak pulang ke rumah. RSUD AM Parikesit memfasilitasi ruang khusus istirahat buat tim medis yang bersentuhan langsung dengan pasien Covid-19. Kata lainnya, mereka dikarantina.

Itu karena potensi penyebaran virus sangat cepat. Dikhawatirkan mereka bisa menjangkiti keluarga jika pulang ke rumah masing-masing.  

"Ya, walaupun sedih sih, karena saya sudah hampir dua minggu tidak bertemu keluarga di rumah, biasanya kita bertemu tiap hari," ungkapnya.

Untuk mengobati rasa rindu, para petugas medis ini memanfaatkan panggilan video melalui gawai pintar. Ya, video call hanya satu-satunya cara bersua dengan keluarga.

"Kami semua intens melakukannya. Apalagi selesai shift, kita video call keluarga, namun juga tidak bisa lama karena kita harus istirahat," tuturnya.

Dia berpesan, jika masyarakat ingin membantu petugas medis di garda terdepan penanganan Covid-19 ini, cukup dengan mengikuti anjuran pemerintah agar tidak  terjangkit dan menukarkan virus.

"Karena semakin banyak yang terpapar, akan semakin banyak yang kami rawat. Terlebih lagi, sebelum pandemi ini selesai, kami tidak bisa pulang ke rumah," demikian Benny.


Penulis: Reza Fahlevi

Editor: M.Huldi

Pengantin Baru tapi Harus Dikarantina, Kisah Petugas Medis Tangani Pasien Corona di Kukar

Kamis, 26/03/2020

Benny Wijaya menggunakan APD lengkap (foto: istimewa)

Berita Terkait


Pengantin Baru tapi Harus Dikarantina, Kisah Petugas Medis Tangani Pasien Corona di Kukar

Benny Wijaya menggunakan APD lengkap (foto: istimewa)

KORANKALTIM.COM, TENGGARONG - Petugas medis berada di garis terdepan dalam penanganan medis terhadap pasien positif Covid-19 alias virus corona. 

Mereka mencurahkan waktu, tenaga, bahkan bertaruh nyawa dengan resiko bisa terpapar langsung virus yang mematikan tersebut.

Karena itu, petugas medis harus menggunakan alat pelindung diri (APD). Di Indonesia, sudah ada beberapa dokter yang terjangkit hingga wafat.

Seorang petugas medis yang menangani pasien Covid-19 di RSUD AM Parikesit Tenggarong Seberang, Kutai Kartanegara, berbagi kisah bagaimana dia dan rekan-rekannya menjalani tugas beresiko ini.

Namanya Benny Wijaya. Benny, sebelumnya bertugas di UGD dan kemudian bergabung dalam tim penanganan pasien positif Corona sekitar awal Maret lalu. 

Dia menceritakan anggota timnya yang tergolong unik. Semuanya masih berusia muda. Bahkan, ada yang pengantin baru. 

Benny menceritakan, tim harus memelototi setiap instruksi dalam standar operasional prosedur (SOP) penanganan pasien positif. 

Namun, bukan berarti tak ada kendala. Satu pasien positif saja sudah cukup membuat tim ini kewalahan. Ditambah lagi jumlah APD yang juga terbatas. "Tapi untuk sementara ini, APD masih cukup," kata Benny.

Jika dihitung-hitung, sudah sekitar dua pekan ini mereka tidak pulang ke rumah. RSUD AM Parikesit memfasilitasi ruang khusus istirahat buat tim medis yang bersentuhan langsung dengan pasien Covid-19. Kata lainnya, mereka dikarantina.

Itu karena potensi penyebaran virus sangat cepat. Dikhawatirkan mereka bisa menjangkiti keluarga jika pulang ke rumah masing-masing.  

"Ya, walaupun sedih sih, karena saya sudah hampir dua minggu tidak bertemu keluarga di rumah, biasanya kita bertemu tiap hari," ungkapnya.

Untuk mengobati rasa rindu, para petugas medis ini memanfaatkan panggilan video melalui gawai pintar. Ya, video call hanya satu-satunya cara bersua dengan keluarga.

"Kami semua intens melakukannya. Apalagi selesai shift, kita video call keluarga, namun juga tidak bisa lama karena kita harus istirahat," tuturnya.

Dia berpesan, jika masyarakat ingin membantu petugas medis di garda terdepan penanganan Covid-19 ini, cukup dengan mengikuti anjuran pemerintah agar tidak  terjangkit dan menukarkan virus.

"Karena semakin banyak yang terpapar, akan semakin banyak yang kami rawat. Terlebih lagi, sebelum pandemi ini selesai, kami tidak bisa pulang ke rumah," demikian Benny.


Penulis: Reza Fahlevi

Editor: M.Huldi

 

Copyright © 2024 - Korankaltim.com

Tunggu sebentar ya. Kami sedang menyiapkannya untukmu.