Selasa, 25/09/2018

Hari Tani, Pertambangan Terus Himpit Lahan Pertanian

Selasa, 25/09/2018

Ilustrasi petani / net

Join Grup Telegram Koran Kaltim untuk mendapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari. Caranya klik link https://t.me/+SsC4jer3I5syZWU1 atau klik tombol dibawah ini.

Grup Telegram Koran Kaltim

kemudian join. Anda harus instal aplikasi Telegram terlebih dahulu di ponsel.

Berita Terkait

Hari Tani, Pertambangan Terus Himpit Lahan Pertanian

Selasa, 25/09/2018

logo

Ilustrasi petani / net

SAMARINDA - Tepat pada Senin 24 September diperingati sebagai Hari Tani Nasional. Tapi ironi masih terjadi, secara kecukupan pangan, baik Kaltim maupun Indonesia masih bergantung dari luar. Inilah yang disuarakan sejumlah mahasiswa yang tergabung dalam Garuda Mulawarman tak lain mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Mulawarman melakukan aksi di depan kantor Gubernur Kaltim, Senin (24/9).

Dalam aksinya, mahasiswa menuntut setidaknya enam poin untuk memperbaiki kondisi pertanian nasional. “Pertanian sampai detik ini belum bisa berdiri sendiri, padahal negeri agraris negeri maritim, nyatanya kita selalu impor, beras, garam dan lainnya. Padahal kita punya kemampuan memproduksi makanan sendiri,” ujar Muhammad Nur Fikri, Korlap Aksi.

Mengutip data Badan Urusan Logistik (Bulog) Kementerian Perdagangan melakukan impor beras, sebanayk 500 ribu ton, pada awal Maret 2018 lalu. Padahal, kata Fikri masih mengutip data Bulog, Indonesia punya kekuatan produksi pangan khususnya beras hingga 2,9 juta ton dalam satu tahun. “Itu cukup untuk mengisi perut orang Indonesia selama 3-4 bulan,” tukasnya.

Di Bumi Etam, kata Fikri lahan pertanian semakin terjepit oleh masifnya eksplotitasi pertambangan, dan pertanian homogen besar-besaran seperti Kelapa Sawit. Merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS) Kaltim, dari total luas wilayah Kaltim 12,7 juta hektare 25,6 persen digunakan sebagai lahan sawit. Sebuah angka yang tidak sedikit. “Kukar dan PPU merupakan lumbung pangan beberapa tahun lalu, sekarang nyaris punah karena masifnya ekploitasi tambang dan kelapa sawit. Hentikan impor pangan, kurangi ketergantungan dengan negeri lain,” tegasnya.

Sementara itu, berdasarkan data Jaringan Advokasi Tambang (JATAM) Kalti, penerbitan izin batubara dan pertambangan mineral oleh pemerintah pusat dan daerah telah menguasai 5,3 juta hektare atau 43 persen daru luas daratan Kaltim. Sisanya dikuasai oleh izin perkebunan seluas 3,7 juta hektare atau 29 persen dari luas provinsi.

Penguasaan ruang ini masih ditambah dengan 4,3 juta ha IUPHHK-HA dan 4,5 juta ha IUPHHK-HT yang jika di overlay semua perizinan dan konsesinya jauh  lebih besar dari luas provinsi ini. Dengan luas lahan yang makin terjepit, mahasiswa menilai makin sulit bagi Kaltim untuk bisa memenuhi kebutuhan pangannya sendiri. (rs)

Tuntutan  Mahasiswa 
1. Mendesak pemerintah mengeluarkan data yang valid terkait ketersediaan pangan dari tingkat regional maupun nasional.
2. Mendesak pemerintah untuk segera menyelesaikan konflik agraria yang ada di Kaltim
3. Mendesak pemerintah untuk meningkatkan produktivitas dan daya saing produk lokal pertanian serta meminimalisir 
impor bahan pangan
4. Mendesak pemerintah untuk menstabilkan nilai tukar petani di Kaltim
5. Mendesak pemerintah untuk segera menyelesaikan masalah perhutanan sosial yang ada di Kaltim
6. Mendesak pemerintah untuk tidak melakukan kriminalisasi terhadap gerakan mahasiswa dan petani.

Hari Tani, Pertambangan Terus Himpit Lahan Pertanian

Selasa, 25/09/2018

Ilustrasi petani / net

Berita Terkait


Hari Tani, Pertambangan Terus Himpit Lahan Pertanian

Ilustrasi petani / net

SAMARINDA - Tepat pada Senin 24 September diperingati sebagai Hari Tani Nasional. Tapi ironi masih terjadi, secara kecukupan pangan, baik Kaltim maupun Indonesia masih bergantung dari luar. Inilah yang disuarakan sejumlah mahasiswa yang tergabung dalam Garuda Mulawarman tak lain mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Mulawarman melakukan aksi di depan kantor Gubernur Kaltim, Senin (24/9).

Dalam aksinya, mahasiswa menuntut setidaknya enam poin untuk memperbaiki kondisi pertanian nasional. “Pertanian sampai detik ini belum bisa berdiri sendiri, padahal negeri agraris negeri maritim, nyatanya kita selalu impor, beras, garam dan lainnya. Padahal kita punya kemampuan memproduksi makanan sendiri,” ujar Muhammad Nur Fikri, Korlap Aksi.

Mengutip data Badan Urusan Logistik (Bulog) Kementerian Perdagangan melakukan impor beras, sebanayk 500 ribu ton, pada awal Maret 2018 lalu. Padahal, kata Fikri masih mengutip data Bulog, Indonesia punya kekuatan produksi pangan khususnya beras hingga 2,9 juta ton dalam satu tahun. “Itu cukup untuk mengisi perut orang Indonesia selama 3-4 bulan,” tukasnya.

Di Bumi Etam, kata Fikri lahan pertanian semakin terjepit oleh masifnya eksplotitasi pertambangan, dan pertanian homogen besar-besaran seperti Kelapa Sawit. Merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS) Kaltim, dari total luas wilayah Kaltim 12,7 juta hektare 25,6 persen digunakan sebagai lahan sawit. Sebuah angka yang tidak sedikit. “Kukar dan PPU merupakan lumbung pangan beberapa tahun lalu, sekarang nyaris punah karena masifnya ekploitasi tambang dan kelapa sawit. Hentikan impor pangan, kurangi ketergantungan dengan negeri lain,” tegasnya.

Sementara itu, berdasarkan data Jaringan Advokasi Tambang (JATAM) Kalti, penerbitan izin batubara dan pertambangan mineral oleh pemerintah pusat dan daerah telah menguasai 5,3 juta hektare atau 43 persen daru luas daratan Kaltim. Sisanya dikuasai oleh izin perkebunan seluas 3,7 juta hektare atau 29 persen dari luas provinsi.

Penguasaan ruang ini masih ditambah dengan 4,3 juta ha IUPHHK-HA dan 4,5 juta ha IUPHHK-HT yang jika di overlay semua perizinan dan konsesinya jauh  lebih besar dari luas provinsi ini. Dengan luas lahan yang makin terjepit, mahasiswa menilai makin sulit bagi Kaltim untuk bisa memenuhi kebutuhan pangannya sendiri. (rs)

Tuntutan  Mahasiswa 
1. Mendesak pemerintah mengeluarkan data yang valid terkait ketersediaan pangan dari tingkat regional maupun nasional.
2. Mendesak pemerintah untuk segera menyelesaikan konflik agraria yang ada di Kaltim
3. Mendesak pemerintah untuk meningkatkan produktivitas dan daya saing produk lokal pertanian serta meminimalisir 
impor bahan pangan
4. Mendesak pemerintah untuk menstabilkan nilai tukar petani di Kaltim
5. Mendesak pemerintah untuk segera menyelesaikan masalah perhutanan sosial yang ada di Kaltim
6. Mendesak pemerintah untuk tidak melakukan kriminalisasi terhadap gerakan mahasiswa dan petani.
 

Berita Terkait

Singgung Program Merdeka Belajar di Hardiknas, Pj Gubernur Kaltim: Tidak Usah Lagi Ganti Kurikulum

Kejar Target Upacara Kemerdekaan di IKN, Infrastruktur Kelistrikan Dikebut

Nasib Ribuan THL di Kukar Disorot, DPRD Minta Pemkab Tindaklanjuti karena Belum Terlaporkan di LKPj 2023

Ada Tembakan Gas Air Mata, Peringatan Hari Buruh di Balikpapan Berakhir Ricuh, Tiga Mahasiswa Mengalami Tindakan Refresif

Kesbangpol Kaltim Siapkan Anggaran di APBD Perubahan Jelang Pilkada Serentak

Terdengar Suara Benturan Keras, Remaja Tewas Usai Tabrak Truk Tangki Berhenti di Pinggir Jalan

Tahun Ini, PPDB SMA/SMK di Samarinda Akan Dibuka Mulai Juni

Dua Bangunan dan Satu Sepeda Motor di Samarinda Utara Hangus Terbakar, Termasuk Dokumen Penting Pemilik Rumah

Luka Melepuh di Mulut dan Tangan Bocah, Pasutri di Samarinda Terancam Hukuman Lima Tahun Penjara

Menghina Sultan Kutai, Panglima Kijang Disidang Adat dan Mengaku Telah Bersalah

ASN yang Mencalonkan Diri Sebagai Kepala Daerah Bakal Ditindak BKD Kaltim

Hendak ke Balikpapan, Rombongan Dispusip Berau Kecelakaan di Kelay Pagi Tadi, Lima Orang Luka-Luka

Sistem Transportasi Cerdas akan Diterapkan di IKN

Satu Rumah Warga di Balikpapan Rubuh Imbas Hujan Deras Pagi Tadi

Alasannya Cemburu, Pria di Otista Samarinda Ini Aniaya Istri Siri Hingga Diancam dengan Badik

ETLE Sudah Diberlakukan di Kutai Kartanegara, Kendaraan Dinas Hingga Pejabat Publik Sudah Ada yang Ditilang

Bagian Dalam GOR Segiri Samarinda Dinilai Mengecil, Anggaran Rp88 Miliar Dianggap Terlalu Besar

Parkiran SCP Tidak Berizin, Pansus LKPJ Langsung Gelar Sidak

Copyright © 2024 - Korankaltim.com

Tunggu sebentar ya. Kami sedang menyiapkannya untukmu.