Jumat, 02/06/2017
Jumat, 02/06/2017
ILUSTRASI
Jumat, 02/06/2017
ILUSTRASI
SAMARINDA – Membangunkan orang sahur memang sudah menjadi tradisi masyarakat di bulan Ramadan. Tradisi membangunkan sahur di setiap daerah beragam cara, dan juga sebutannya. Namun demikian, tujuannya tetap sama, yakni membangunkan orang sahur, agar tidak terlambat sahur.
Bagi sebagian besar warga, tradisi tersebut sangatlah berguna, karena mereka bisa terbangun sebelum waktu imsak tiba. Di Samarinda sendiri, sebutan aksi sekelompok warga membangunkan orang sahur juga disebut Bagarakan Sahur. Namun, dalam pelaksanaannya, sejumlah orang yang melakukan kegiatan tersebut, dinilai sudah tidak sesuai koridor, sehingga mendapatkan keluhan dari sejumlah masyarakat.
Kasubbag Humas Polresta Samarinda Ipda Danovan menjelaskan, pihaknya sudah menerima beberapa keluhan dari masyarakat, terkait aksi bagarakan sahur yang dinilai melenceng dari kebiasaan yang ada.
“Pada intinya, penilaian masyarakat, aksi itu (bagarakan sahur) ada yang sudah tidak sesuai koridor, misalnya mereka menggunakan musik disko. Ada yang sampai buka baju, teriak-teriak tidak jelas. Itu sudah tidak sesuai kaidah agama, dan itu laporan dari masyarakat ke kami,” terangnya.
Selain itu, lanjut Danovan, dalam pelaksanaan bagarakan sahur yang rata-tara dilakukan oleh kalangan pemuda di Samarinda, juga biasanya terdapat pelanggaran lainnya, seperti mengendarai motor tidak menggunakan helm. “Kan ada juga itu yang smapai tidak pakai helm. Seharusnya tertib,” tandasnya.
Danovan menyampaikan, keluhan dari warga itu akan lebih dulu disampaikan kepada Kapolresta Samaerinda Kombes Pol Reza Arief Dewanto, sebelum diambil tindakan.
“Terkait masalah ini, kami akan sampaikan saat anev (analisa dan evauasi) nanti. Sebab terkait masalah ini, pak Kapolres yang akan memerintahkan untuk tindakannya nanti,” demikian Danovan. (dor)
ILUSTRASI
SAMARINDA – Membangunkan orang sahur memang sudah menjadi tradisi masyarakat di bulan Ramadan. Tradisi membangunkan sahur di setiap daerah beragam cara, dan juga sebutannya. Namun demikian, tujuannya tetap sama, yakni membangunkan orang sahur, agar tidak terlambat sahur.
Bagi sebagian besar warga, tradisi tersebut sangatlah berguna, karena mereka bisa terbangun sebelum waktu imsak tiba. Di Samarinda sendiri, sebutan aksi sekelompok warga membangunkan orang sahur juga disebut Bagarakan Sahur. Namun, dalam pelaksanaannya, sejumlah orang yang melakukan kegiatan tersebut, dinilai sudah tidak sesuai koridor, sehingga mendapatkan keluhan dari sejumlah masyarakat.
Kasubbag Humas Polresta Samarinda Ipda Danovan menjelaskan, pihaknya sudah menerima beberapa keluhan dari masyarakat, terkait aksi bagarakan sahur yang dinilai melenceng dari kebiasaan yang ada.
“Pada intinya, penilaian masyarakat, aksi itu (bagarakan sahur) ada yang sudah tidak sesuai koridor, misalnya mereka menggunakan musik disko. Ada yang sampai buka baju, teriak-teriak tidak jelas. Itu sudah tidak sesuai kaidah agama, dan itu laporan dari masyarakat ke kami,” terangnya.
Selain itu, lanjut Danovan, dalam pelaksanaan bagarakan sahur yang rata-tara dilakukan oleh kalangan pemuda di Samarinda, juga biasanya terdapat pelanggaran lainnya, seperti mengendarai motor tidak menggunakan helm. “Kan ada juga itu yang smapai tidak pakai helm. Seharusnya tertib,” tandasnya.
Danovan menyampaikan, keluhan dari warga itu akan lebih dulu disampaikan kepada Kapolresta Samaerinda Kombes Pol Reza Arief Dewanto, sebelum diambil tindakan.
“Terkait masalah ini, kami akan sampaikan saat anev (analisa dan evauasi) nanti. Sebab terkait masalah ini, pak Kapolres yang akan memerintahkan untuk tindakannya nanti,” demikian Danovan. (dor)
Copyright © 2024 - Korankaltim.com
Tunggu sebentar ya. Kami sedang menyiapkannya untukmu.