Senin, 25/03/2024

Tradisi Muslim Cham yang Tak Puasa Ramadan dan Salat Lima Waktu Ternyata karena Ini

Senin, 25/03/2024

Ilustrasi buka puasa bersama yang biasa dilakukan umat muslim diseluruh dunia. (ist/mamikos)

Join Grup Telegram Koran Kaltim untuk mendapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari. Caranya klik link https://t.me/+SsC4jer3I5syZWU1 atau klik tombol dibawah ini.

Grup Telegram Koran Kaltim

kemudian join. Anda harus instal aplikasi Telegram terlebih dahulu di ponsel.

Berita Terkait

Tradisi Muslim Cham yang Tak Puasa Ramadan dan Salat Lima Waktu Ternyata karena Ini

Senin, 25/03/2024

logo

Ilustrasi buka puasa bersama yang biasa dilakukan umat muslim diseluruh dunia. (ist/mamikos)

KORANKALTIM.COM - Ada tradisi unik juga kontroversial yang dilakukan oleh komunitas muslim Cham di Vietnam. Tidak seperti umat Islam di berbagai belahan dunia, mayoritas muslim di sana tidak terbiasa melakukan puasa Ramadan. 

Adapun diketahui, Islam masuk ke Vietnam (dulu disebut Champa) pada abad ke-9 dan langsung diterima masyarakat dan petinggi kerajaan. Sejak itulah Islam di Vietnam terus berkembang.

Merujuk riset "The Influence of Hinduism Toward Islam Bani" (2018), Islam di Vietnam kini terbagi dua. Pertama, komunitas Muslim yang berkembang di kota-kota besar. Komunitas ini berpegang teguh pada Al-Quran dan Hadis.

Kedua, komunitas Muslim Cham, yang sangat unik, juga kontroversial. Keunikannya terletak karena mereka hidup dan menjalani laku sebagai umat Muslim tidak berlandaskan Al-Quran, Hadis, dan rukun Iman-Islam. Alias, mereka hidup berdasarkan adat dan istiadat yang terjadi di lingkungannya.

Saat situasi sekarang atau bulan suci Ramadan, misalkan. Mengutip riset Ba Trung berjudul "Bani Islam Cham in Vietnam" (2008) dan dilansir dari CNBCIndonesia, Senin (25/3/2024) mereka tidak menjalankan ibadah puasa layaknya umat Muslim di seluruh dunia.

Mereka berpandangan kalau Ramadan atau mereka menyebutnya "Ramuwan" bukanlah bulan puasa, melainkan hanyalah bulan pelatihan bagi pemuka agama baru, persiapan kematian, dan penyucian.

Selama bulan Ramadan, keluarga dari penganut Islam Cham mengantarkan persembahan berupa nampan berisi makanan kepada pemuka agama yang datang ke Masjid. Tujuannya adalah untuk menunjukkan ketulusan mereka kepada Allah.

Saat berada di Masjid, para pemuka agama ini melakukan semacam meditasi. Mereka tidak berbicara, makan, dan minum selama tiga hari. Jika sudah lewat periode ini, maka mereka akan melakukan kegiatan dakwah di dalam masjid selama 15 hari di bulan Ramadan yang menurut versi mereka bukan 30 hari, tetapi 15 hari.

Selain bulan Ramadan, ada perbedaan mencolok lain antara umat Islam Cham dengan umat Muslim pada umumnya, yakni ibadah salat. Sebagai kewajiban dalam laku ke-Islaman, Islam Cham tidak melakukan salat.

Masih merujuk riset "The Influence of Hinduism Toward Islam Bani" (2018), pengikut Islam Cham tidak salat lima waktu, melainkan hanya mendirikan salat Jumat. Mereka berpandangan kalau kewajiban melaksanakan shalat bisa diwakilkan melalui perwakilan yang disebut Acar.

Acar inilah yang kemudian "menitipkan" salat dari keluarganya agar kehidupan di dunia dan akhirat berlangsung baik. Lalu, mengapa Islam Cham memiliki perbedaan dibanding ajaran pada umumnya?

Ada yang menyebut perbedaan itu disebabkan karena mereka terpengaruh ajaran Hindu dan Budha. Namun, alasan lebih logis nampaknya ditemukan dari riset Jay Willoughby berjudul "The Cham Muslims of Vietnam".

Dalam paparannya diketahui kalau ajaran berbeda itu disebabkan karena saat proses Islamisasi ajaran Islam terputus dan tidak tuntas. Jadi, saat proses Islamisasi berlangsung di kalangan aritokrasi Kerajaan Champa tiba-tiba terjadi pertempuran.

Saat pertempuran terjadi proses penyebaran dakwah Islam di kalangan masyarakat Champa terputus, sehingga membuat ajaran Islam yang sampai ke penduduk menjadi tidak utuh.

Terputusnya ajaran ini makin parah usai Champa terisolasi politik yang membuat mereka, khususnya Muslim di wilayah Phan Rang dan Phang Ri, tertinggal oleh proses dan perkembangan Islamisasi dunia Melayu.

Seiring waktu, proses yang terhenti ini melahirkan umat Islam Champ, yang kini berjumlah 40.000 dan tersebar di 12 provinsi di Vietnam. Namun, mayoritas dari angka tersebut terpusat di awal mula persebarannya, yakni Phan Rang dan Phang Ri.

Akibat ajaran berbeda itulah, mereka disebut sebagai orang-orang terpinggirkan. Mereka terkadang dikucilkan. Namun, tak sedikit pula ulama yang berupaya meluruskan ajaran Islam Cham sesuai dengan ajaran pada umumnya.

Editor: Maruly Z

Tradisi Muslim Cham yang Tak Puasa Ramadan dan Salat Lima Waktu Ternyata karena Ini

Senin, 25/03/2024

Ilustrasi buka puasa bersama yang biasa dilakukan umat muslim diseluruh dunia. (ist/mamikos)

Berita Terkait


Tradisi Muslim Cham yang Tak Puasa Ramadan dan Salat Lima Waktu Ternyata karena Ini

Ilustrasi buka puasa bersama yang biasa dilakukan umat muslim diseluruh dunia. (ist/mamikos)

KORANKALTIM.COM - Ada tradisi unik juga kontroversial yang dilakukan oleh komunitas muslim Cham di Vietnam. Tidak seperti umat Islam di berbagai belahan dunia, mayoritas muslim di sana tidak terbiasa melakukan puasa Ramadan. 

Adapun diketahui, Islam masuk ke Vietnam (dulu disebut Champa) pada abad ke-9 dan langsung diterima masyarakat dan petinggi kerajaan. Sejak itulah Islam di Vietnam terus berkembang.

Merujuk riset "The Influence of Hinduism Toward Islam Bani" (2018), Islam di Vietnam kini terbagi dua. Pertama, komunitas Muslim yang berkembang di kota-kota besar. Komunitas ini berpegang teguh pada Al-Quran dan Hadis.

Kedua, komunitas Muslim Cham, yang sangat unik, juga kontroversial. Keunikannya terletak karena mereka hidup dan menjalani laku sebagai umat Muslim tidak berlandaskan Al-Quran, Hadis, dan rukun Iman-Islam. Alias, mereka hidup berdasarkan adat dan istiadat yang terjadi di lingkungannya.

Saat situasi sekarang atau bulan suci Ramadan, misalkan. Mengutip riset Ba Trung berjudul "Bani Islam Cham in Vietnam" (2008) dan dilansir dari CNBCIndonesia, Senin (25/3/2024) mereka tidak menjalankan ibadah puasa layaknya umat Muslim di seluruh dunia.

Mereka berpandangan kalau Ramadan atau mereka menyebutnya "Ramuwan" bukanlah bulan puasa, melainkan hanyalah bulan pelatihan bagi pemuka agama baru, persiapan kematian, dan penyucian.

Selama bulan Ramadan, keluarga dari penganut Islam Cham mengantarkan persembahan berupa nampan berisi makanan kepada pemuka agama yang datang ke Masjid. Tujuannya adalah untuk menunjukkan ketulusan mereka kepada Allah.

Saat berada di Masjid, para pemuka agama ini melakukan semacam meditasi. Mereka tidak berbicara, makan, dan minum selama tiga hari. Jika sudah lewat periode ini, maka mereka akan melakukan kegiatan dakwah di dalam masjid selama 15 hari di bulan Ramadan yang menurut versi mereka bukan 30 hari, tetapi 15 hari.

Selain bulan Ramadan, ada perbedaan mencolok lain antara umat Islam Cham dengan umat Muslim pada umumnya, yakni ibadah salat. Sebagai kewajiban dalam laku ke-Islaman, Islam Cham tidak melakukan salat.

Masih merujuk riset "The Influence of Hinduism Toward Islam Bani" (2018), pengikut Islam Cham tidak salat lima waktu, melainkan hanya mendirikan salat Jumat. Mereka berpandangan kalau kewajiban melaksanakan shalat bisa diwakilkan melalui perwakilan yang disebut Acar.

Acar inilah yang kemudian "menitipkan" salat dari keluarganya agar kehidupan di dunia dan akhirat berlangsung baik. Lalu, mengapa Islam Cham memiliki perbedaan dibanding ajaran pada umumnya?

Ada yang menyebut perbedaan itu disebabkan karena mereka terpengaruh ajaran Hindu dan Budha. Namun, alasan lebih logis nampaknya ditemukan dari riset Jay Willoughby berjudul "The Cham Muslims of Vietnam".

Dalam paparannya diketahui kalau ajaran berbeda itu disebabkan karena saat proses Islamisasi ajaran Islam terputus dan tidak tuntas. Jadi, saat proses Islamisasi berlangsung di kalangan aritokrasi Kerajaan Champa tiba-tiba terjadi pertempuran.

Saat pertempuran terjadi proses penyebaran dakwah Islam di kalangan masyarakat Champa terputus, sehingga membuat ajaran Islam yang sampai ke penduduk menjadi tidak utuh.

Terputusnya ajaran ini makin parah usai Champa terisolasi politik yang membuat mereka, khususnya Muslim di wilayah Phan Rang dan Phang Ri, tertinggal oleh proses dan perkembangan Islamisasi dunia Melayu.

Seiring waktu, proses yang terhenti ini melahirkan umat Islam Champ, yang kini berjumlah 40.000 dan tersebar di 12 provinsi di Vietnam. Namun, mayoritas dari angka tersebut terpusat di awal mula persebarannya, yakni Phan Rang dan Phang Ri.

Akibat ajaran berbeda itulah, mereka disebut sebagai orang-orang terpinggirkan. Mereka terkadang dikucilkan. Namun, tak sedikit pula ulama yang berupaya meluruskan ajaran Islam Cham sesuai dengan ajaran pada umumnya.

Editor: Maruly Z

 

Berita Terkait

ASN yang Bekerja di IKN Bakal Diseleksi Ketat

Guru Agama Dipastikan Dapat THR, Kemenag Sudah Distribusikan Anggaran ke Satker

Tiap Jumat, Murid SD di PPU Ikuti FEF untuk Budayakan Bahasa Inggris dan Tingkatkan SDM Menyambut IKN

Andi Setiadi, Wartawan Setia Kejujuran Berpulang

Warga Desa Binuang Sempat Dengar Suara Dentuman di Hutan Rimba Gunung Batuarit Sebelum Pesawat Hilang

Penerapan KRIS Gantikan Sistem Kelas BPJS Kesehatan Tinggal Tunggu Waktu, Menkes: Kami Harapkan Bulan Ini

BPJS Kesehatan Syarat SKCK Sudah Berlaku di Enam Polda, Termasuk di Kaltim?

Tunjangan Beras PNS Ternyata Segini Besarannya per Bulan

Bakal Didampingi Prabowo, Presiden Jokowi ke Kaltim Besok Resmikan Proyek di Samarinda dan Bontang juga Datangi IKN

Presiden Jokowi Hari Kamis Lusa ke Samarinda dan Bontang, Resmikan Terminal dan Pabrik Bahan Peledak

Malam Ini Nisfu Sya’ban, Ini Amalan-Amalan yang Umat Muslim Sebaiknya Lakukan

Terbanyak Berasal dari Sulawesi Selatan, Malaysia Deportasi 292 PMI Lewat Pelabuhan Tunon Taka Nunukan

SMSI Apresiasi Komitmen Jajarannya Jaga Independensi dan Kedamaian Pemilu 2024

Iuran BPJS Kesehatan Berpotensi Naik pada Juli 2025, Begini Tanggapan Presiden Jokowi

Tahun 2024, Kemarau di Indonesia Tak Sekering 2023, Masyarakat Diminta Waspada Waspada Karhutla

Tahun Ini, BPDAS-MB Sudah Distribusikan Lima Juta Bibit Pohon, Terbanyak di IKN

Abu Vulkanik Tebal Keluar dari Gunung Dukono di Pulau Halmahera Pagi Ini

Israel Jatuhkan 6 Ribu Bom di Gaza Selama Kurang dari Sepekan, 1.537 Warga Palestina Tewas

Copyright © 2024 - Korankaltim.com

Tunggu sebentar ya. Kami sedang menyiapkannya untukmu.