Senin, 01/10/2018

Seluruh Alat Pendeteksi Dini Tsunami di Indonesia Rusak

Senin, 01/10/2018

Alat Pendeteksi Dini Tsunami

Join Grup Telegram Koran Kaltim untuk mendapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari. Caranya klik link https://t.me/+SsC4jer3I5syZWU1 atau klik tombol dibawah ini.

Grup Telegram Koran Kaltim

kemudian join. Anda harus instal aplikasi Telegram terlebih dahulu di ponsel.

Berita Terkait

Seluruh Alat Pendeteksi Dini Tsunami di Indonesia Rusak

Senin, 01/10/2018

logo

Alat Pendeteksi Dini Tsunami

JAKARTA – Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebut Indonesia tidak lagi memiliki buoy untuk mendeteksi tsunami sejak 2012 silam.

“Sejak 2012 enggak ada yang beroperasi, padahal dibutuhkan untuk peringatan dini. Bisa ditanyakan ke BMKG, mengapa 2012 sampai sekarang enggak diadakan, mungkin ya soal dana,” kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwonugroho, dalam konferensi pers di Jakarta mengenai penanganan gempa Palu dan Donggala, Minggu (30/9).

Dalam konferensi pers itu, ia juga mengeluhkan mitigasi bencana yang terkendala masalah anggaran. “Pendanaan bencana itu terus turun tiap tahun. Ancaman bencana meningkat, kejadian bencana meningkat, anggaran BNPB justru turun. Ini berpengaruh terhadap upaya mitigasi. Pemasangan alat peringatan dini terbatas anggaran yang berkurang terus,” ujar Sutopo.

Pada Desember 2017, Sutopo juga pernah menyatakan hal serupa bahwa Indonesia memiliki total 22 buoy yang tersebar di perairan nusantara yang kondisinya rusak total.

Buoy sendiri merupakan sistem pelampung yang diletakkan di tengah laut untuk mendeteksi gelombang pasang dan tsunami. Buoy ini adalah salah satu opsi teknologi pendeteksi dini tercepat atas peluang terjadinya tsunami di wilayah Indonesia.

Pernyataan Sutopo mengenai kerusakan pada buoy ini dikonfirmasi oleh Kepala Pusat Gempa dan Tsunami BMKG, Rahmat Triyono.  “Ya, ya, memang tidak ada lagi, dan sudah tidak men-support data ke BMKG,” kata Rahmat.

Rahmat menjelaskan, buoy masuk ke dalam grand design Indonesia Tsunami Early Warning System yang dirancang sejak tsunami Aceh 2004 silam. Buoy dipasang di beberapa titik di laut lepas, mulai Samudra Hindia sampai Sumatera, Selatan Jawa dan seterusnya.

“Karena di samudra lepas, enggak ada yang mengawasi. Pada kenyataannya hilang semua. Hilang oleh nelayan, ada yang diambil, ditarik jangkar, digeret pakai kapal,” kata Rahmat. “Bahkan ada yang ditemukan di Muara Angke, karena diambil nelayan. Karena ada GPS-nya, maka termonitor. Ketika didatangi, sudah dikanibal, dibongkar-bongkar.”

Rahmat sendiri menyatakan bahwa dulu lembaga yang bertanggung jawab terhadap pengadaan buoy adalah Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi BPPT, dan bukan BMKG. “Setahu saya mulai 2007-2009 sudah mulai ter-install di laut lepas. Tapi sejak awal tidak sempat men-support data ke kami ke BMKG. Yang jelas 2011 sudah terpasang dan mestinya data masuk ke BMKG untuk men-support modelling,” ujarnya.

Rahmat menyatakan, BMKG masih bisa melakukan fungsi peringatan dini tanpa buoy, karena sistem yang mereka miliki berdsarkan permodelan tsunami.  “Jadi menggunakan modelling tsunami, skenario-skenario. Saat ini ada sekitar 18 ribu modelling tsunami yang kami miliki,” ujarnya. “Tapi kalau ada data dari buoy masuk, tentunya skenario akan lebih akurat, karena ada data observasi.”  (cnn)

Seluruh Alat Pendeteksi Dini Tsunami di Indonesia Rusak

Senin, 01/10/2018

Alat Pendeteksi Dini Tsunami

Berita Terkait


Seluruh Alat Pendeteksi Dini Tsunami di Indonesia Rusak

Alat Pendeteksi Dini Tsunami

JAKARTA – Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebut Indonesia tidak lagi memiliki buoy untuk mendeteksi tsunami sejak 2012 silam.

“Sejak 2012 enggak ada yang beroperasi, padahal dibutuhkan untuk peringatan dini. Bisa ditanyakan ke BMKG, mengapa 2012 sampai sekarang enggak diadakan, mungkin ya soal dana,” kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwonugroho, dalam konferensi pers di Jakarta mengenai penanganan gempa Palu dan Donggala, Minggu (30/9).

Dalam konferensi pers itu, ia juga mengeluhkan mitigasi bencana yang terkendala masalah anggaran. “Pendanaan bencana itu terus turun tiap tahun. Ancaman bencana meningkat, kejadian bencana meningkat, anggaran BNPB justru turun. Ini berpengaruh terhadap upaya mitigasi. Pemasangan alat peringatan dini terbatas anggaran yang berkurang terus,” ujar Sutopo.

Pada Desember 2017, Sutopo juga pernah menyatakan hal serupa bahwa Indonesia memiliki total 22 buoy yang tersebar di perairan nusantara yang kondisinya rusak total.

Buoy sendiri merupakan sistem pelampung yang diletakkan di tengah laut untuk mendeteksi gelombang pasang dan tsunami. Buoy ini adalah salah satu opsi teknologi pendeteksi dini tercepat atas peluang terjadinya tsunami di wilayah Indonesia.

Pernyataan Sutopo mengenai kerusakan pada buoy ini dikonfirmasi oleh Kepala Pusat Gempa dan Tsunami BMKG, Rahmat Triyono.  “Ya, ya, memang tidak ada lagi, dan sudah tidak men-support data ke BMKG,” kata Rahmat.

Rahmat menjelaskan, buoy masuk ke dalam grand design Indonesia Tsunami Early Warning System yang dirancang sejak tsunami Aceh 2004 silam. Buoy dipasang di beberapa titik di laut lepas, mulai Samudra Hindia sampai Sumatera, Selatan Jawa dan seterusnya.

“Karena di samudra lepas, enggak ada yang mengawasi. Pada kenyataannya hilang semua. Hilang oleh nelayan, ada yang diambil, ditarik jangkar, digeret pakai kapal,” kata Rahmat. “Bahkan ada yang ditemukan di Muara Angke, karena diambil nelayan. Karena ada GPS-nya, maka termonitor. Ketika didatangi, sudah dikanibal, dibongkar-bongkar.”

Rahmat sendiri menyatakan bahwa dulu lembaga yang bertanggung jawab terhadap pengadaan buoy adalah Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi BPPT, dan bukan BMKG. “Setahu saya mulai 2007-2009 sudah mulai ter-install di laut lepas. Tapi sejak awal tidak sempat men-support data ke kami ke BMKG. Yang jelas 2011 sudah terpasang dan mestinya data masuk ke BMKG untuk men-support modelling,” ujarnya.

Rahmat menyatakan, BMKG masih bisa melakukan fungsi peringatan dini tanpa buoy, karena sistem yang mereka miliki berdsarkan permodelan tsunami.  “Jadi menggunakan modelling tsunami, skenario-skenario. Saat ini ada sekitar 18 ribu modelling tsunami yang kami miliki,” ujarnya. “Tapi kalau ada data dari buoy masuk, tentunya skenario akan lebih akurat, karena ada data observasi.”  (cnn)

 

Berita Terkait

ASN yang Bekerja di IKN Bakal Diseleksi Ketat

Guru Agama Dipastikan Dapat THR, Kemenag Sudah Distribusikan Anggaran ke Satker

Tradisi Muslim Cham yang Tak Puasa Ramadan dan Salat Lima Waktu Ternyata karena Ini

Tiap Jumat, Murid SD di PPU Ikuti FEF untuk Budayakan Bahasa Inggris dan Tingkatkan SDM Menyambut IKN

Andi Setiadi, Wartawan Setia Kejujuran Berpulang

Warga Desa Binuang Sempat Dengar Suara Dentuman di Hutan Rimba Gunung Batuarit Sebelum Pesawat Hilang

Penerapan KRIS Gantikan Sistem Kelas BPJS Kesehatan Tinggal Tunggu Waktu, Menkes: Kami Harapkan Bulan Ini

BPJS Kesehatan Syarat SKCK Sudah Berlaku di Enam Polda, Termasuk di Kaltim?

Tunjangan Beras PNS Ternyata Segini Besarannya per Bulan

Bakal Didampingi Prabowo, Presiden Jokowi ke Kaltim Besok Resmikan Proyek di Samarinda dan Bontang juga Datangi IKN

Presiden Jokowi Hari Kamis Lusa ke Samarinda dan Bontang, Resmikan Terminal dan Pabrik Bahan Peledak

Malam Ini Nisfu Sya’ban, Ini Amalan-Amalan yang Umat Muslim Sebaiknya Lakukan

Terbanyak Berasal dari Sulawesi Selatan, Malaysia Deportasi 292 PMI Lewat Pelabuhan Tunon Taka Nunukan

SMSI Apresiasi Komitmen Jajarannya Jaga Independensi dan Kedamaian Pemilu 2024

Iuran BPJS Kesehatan Berpotensi Naik pada Juli 2025, Begini Tanggapan Presiden Jokowi

Tahun 2024, Kemarau di Indonesia Tak Sekering 2023, Masyarakat Diminta Waspada Waspada Karhutla

Tahun Ini, BPDAS-MB Sudah Distribusikan Lima Juta Bibit Pohon, Terbanyak di IKN

Abu Vulkanik Tebal Keluar dari Gunung Dukono di Pulau Halmahera Pagi Ini

Copyright © 2024 - Korankaltim.com

Tunggu sebentar ya. Kami sedang menyiapkannya untukmu.