Selasa, 10/09/2019

Tiap Detik Satu Orang Bunuh Diri di Dunia

Selasa, 10/09/2019

Ilustrasi ( Foto: Shutterstock)

Join Grup Telegram Koran Kaltim untuk mendapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari. Caranya klik link https://t.me/+SsC4jer3I5syZWU1 atau klik tombol dibawah ini.

Grup Telegram Koran Kaltim

kemudian join. Anda harus instal aplikasi Telegram terlebih dahulu di ponsel.

Berita Terkait

Tiap Detik Satu Orang Bunuh Diri di Dunia

Selasa, 10/09/2019

logo

Ilustrasi ( Foto: Shutterstock)

KORANKALTIM.COM - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan setiap detik terdapat satu orang yang melakukan bunuh diri di seluruh dunia. Angka orang yang kehilangan nyawa akibat bunuh diri bahkan lebih parah dibanding jumlah orang yang terbunuh dalam perang. Total terdapat 800 ribu orang yang tercatat melakukan bunuh diri tiap tahunnya.

"Bunuh diri adalah masalah kesehatan masyarakat global. Seluruh usia, jenis kelamin dan wilayah dunia terpengaruh (dan) setiap kehilangan adalah satu terlalu banyak," kata laporan WHO, seperti  dikutip CNNIndonesia.com. 

Untuk itu WHO akan mendesak pembuat film dan televisi agar kasus bunuh diri bisa ditampilkan lebih baik. Sebab menurut WHO, kasus bunuh diri bisa menimbulkan gejala "ikut-ikutan" pada orang yang menyaksikan kasus tersebut. "Praktek pelaporan media yang tidak benar bisa membuat kasus bunuh diri menjadi sesnasional dan di besar-besaran dan meningkatkan resiko penjiplakan (aksi bunuh diri) di antara orang-orang yang rapuh," jelas laporan itu.

Bunuh diri adalah penyebab utama kedua kematian di kalangan pemuda yang berusia antara 15 dan 29 tahun, setelah kecelakaan di jalan, dan di kalangan remaja putri yang berusia 15 sampai 19 tahun itu adalah pembunuh terbesar kedua setelah saat kelahiran. Pada remaja lelaki, bunuh diri menempati posisi ketiga di belakang luka di jalan dan kekerasan antar-manusia.

Dalam beberapa tahun belakangan, angka bunuh diri global telah turun. Antara 2010-2016 angka ini turun 9,8 persen. Namun angka ini cenderung naik di wilayah Amerika, yang naik sampai 6 persen pada 2010-2016.

Laporan tersebut juga menyebut di negara kaya, angka bunuh diri laki-laki lebih tinggi tiga kali dibandingkan perempuan. Sedangkan di negara yang berpenghasilan rendah dan menengah, angka keduanya sama. "Bunuh diri bisa dicegah," kata Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus. "Kami menyerukan kepada semua negara agar menggabungkan strategi pencegahan bunuh diri yang terbukti menjadi program pendidikan dan kesehatan nasional,” sebutnya lagi.

WHO mengatakan pembatasan akses ke pestisida adalah salah satu cara paling efektif dalam mengurangi angka bunuh diri dengan cepat. Pestisida paling umum digunakan dan biasanya mengakibatkan kematian sebab zat itu sangat beracun, tidak memiliki penangkal, dan sering digunakan di daerah terpencil tempat tak ada bantuan medis yang berada di dekatnya.

WHO menunjuk kepada studi di Sri Lanka, tempat larangan atas pestisida telah membawa kepada penurunan 70 persen angka bunuh diri dan memperkirakan 93.000 nyawa diselamatkan antara 1995 dan 2015. (*)

Tiap Detik Satu Orang Bunuh Diri di Dunia

Selasa, 10/09/2019

Ilustrasi ( Foto: Shutterstock)

Berita Terkait


Tiap Detik Satu Orang Bunuh Diri di Dunia

Ilustrasi ( Foto: Shutterstock)

KORANKALTIM.COM - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan setiap detik terdapat satu orang yang melakukan bunuh diri di seluruh dunia. Angka orang yang kehilangan nyawa akibat bunuh diri bahkan lebih parah dibanding jumlah orang yang terbunuh dalam perang. Total terdapat 800 ribu orang yang tercatat melakukan bunuh diri tiap tahunnya.

"Bunuh diri adalah masalah kesehatan masyarakat global. Seluruh usia, jenis kelamin dan wilayah dunia terpengaruh (dan) setiap kehilangan adalah satu terlalu banyak," kata laporan WHO, seperti  dikutip CNNIndonesia.com. 

Untuk itu WHO akan mendesak pembuat film dan televisi agar kasus bunuh diri bisa ditampilkan lebih baik. Sebab menurut WHO, kasus bunuh diri bisa menimbulkan gejala "ikut-ikutan" pada orang yang menyaksikan kasus tersebut. "Praktek pelaporan media yang tidak benar bisa membuat kasus bunuh diri menjadi sesnasional dan di besar-besaran dan meningkatkan resiko penjiplakan (aksi bunuh diri) di antara orang-orang yang rapuh," jelas laporan itu.

Bunuh diri adalah penyebab utama kedua kematian di kalangan pemuda yang berusia antara 15 dan 29 tahun, setelah kecelakaan di jalan, dan di kalangan remaja putri yang berusia 15 sampai 19 tahun itu adalah pembunuh terbesar kedua setelah saat kelahiran. Pada remaja lelaki, bunuh diri menempati posisi ketiga di belakang luka di jalan dan kekerasan antar-manusia.

Dalam beberapa tahun belakangan, angka bunuh diri global telah turun. Antara 2010-2016 angka ini turun 9,8 persen. Namun angka ini cenderung naik di wilayah Amerika, yang naik sampai 6 persen pada 2010-2016.

Laporan tersebut juga menyebut di negara kaya, angka bunuh diri laki-laki lebih tinggi tiga kali dibandingkan perempuan. Sedangkan di negara yang berpenghasilan rendah dan menengah, angka keduanya sama. "Bunuh diri bisa dicegah," kata Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus. "Kami menyerukan kepada semua negara agar menggabungkan strategi pencegahan bunuh diri yang terbukti menjadi program pendidikan dan kesehatan nasional,” sebutnya lagi.

WHO mengatakan pembatasan akses ke pestisida adalah salah satu cara paling efektif dalam mengurangi angka bunuh diri dengan cepat. Pestisida paling umum digunakan dan biasanya mengakibatkan kematian sebab zat itu sangat beracun, tidak memiliki penangkal, dan sering digunakan di daerah terpencil tempat tak ada bantuan medis yang berada di dekatnya.

WHO menunjuk kepada studi di Sri Lanka, tempat larangan atas pestisida telah membawa kepada penurunan 70 persen angka bunuh diri dan memperkirakan 93.000 nyawa diselamatkan antara 1995 dan 2015. (*)

 

Berita Terkait

ASN yang Bekerja di IKN Bakal Diseleksi Ketat

Guru Agama Dipastikan Dapat THR, Kemenag Sudah Distribusikan Anggaran ke Satker

Tradisi Muslim Cham yang Tak Puasa Ramadan dan Salat Lima Waktu Ternyata karena Ini

Tiap Jumat, Murid SD di PPU Ikuti FEF untuk Budayakan Bahasa Inggris dan Tingkatkan SDM Menyambut IKN

Andi Setiadi, Wartawan Setia Kejujuran Berpulang

Warga Desa Binuang Sempat Dengar Suara Dentuman di Hutan Rimba Gunung Batuarit Sebelum Pesawat Hilang

Penerapan KRIS Gantikan Sistem Kelas BPJS Kesehatan Tinggal Tunggu Waktu, Menkes: Kami Harapkan Bulan Ini

BPJS Kesehatan Syarat SKCK Sudah Berlaku di Enam Polda, Termasuk di Kaltim?

Tunjangan Beras PNS Ternyata Segini Besarannya per Bulan

Bakal Didampingi Prabowo, Presiden Jokowi ke Kaltim Besok Resmikan Proyek di Samarinda dan Bontang juga Datangi IKN

Presiden Jokowi Hari Kamis Lusa ke Samarinda dan Bontang, Resmikan Terminal dan Pabrik Bahan Peledak

Malam Ini Nisfu Sya’ban, Ini Amalan-Amalan yang Umat Muslim Sebaiknya Lakukan

Terbanyak Berasal dari Sulawesi Selatan, Malaysia Deportasi 292 PMI Lewat Pelabuhan Tunon Taka Nunukan

SMSI Apresiasi Komitmen Jajarannya Jaga Independensi dan Kedamaian Pemilu 2024

Iuran BPJS Kesehatan Berpotensi Naik pada Juli 2025, Begini Tanggapan Presiden Jokowi

Tahun 2024, Kemarau di Indonesia Tak Sekering 2023, Masyarakat Diminta Waspada Waspada Karhutla

Tahun Ini, BPDAS-MB Sudah Distribusikan Lima Juta Bibit Pohon, Terbanyak di IKN

Abu Vulkanik Tebal Keluar dari Gunung Dukono di Pulau Halmahera Pagi Ini

Copyright © 2024 - Korankaltim.com

Tunggu sebentar ya. Kami sedang menyiapkannya untukmu.